JAKARTA - Berdasarkan data statistik paruh pertama 2020 yang dibagikan oleh perusahaan siber Kaspersky, Indonesia menjadi terget terbesar kedua dari serangan ransomware di Asia Tenggara. Seperti pada 2019, Indonesia hanya berada di bawah Vietnam dan di atas berturut-turut Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura sebagai negara paling sulit ditarget di kawasan ini.
Dari 831.105 kasus serangan ransomware di Asia Tenggara yang berhasil diblokir Kaspersky sepanjang paruh pertama 2020, sebanyak 298.892 ditujukan kepada pengguna di Indonesia. Angkanya menurun daripada 2019 yang mencapai 967.372 kasus serangan tapi tetap masih dianggap tergolong tinggi.
“Ini angka yang tidak sedikit, kita harus waspada karena mereka (serangan ransomware) tidak pernah berhenti, attack-nya sangat signifikan,” ujar Territory Channel Manager Kaspersky di Indonesia, Dony Koesmandarin, dalam jumpa pers virtual, pada Rabu, 2 September 2020.
Dony menyebut lima jenis ransomware yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu Trojan-Ransom.Win32.Wanna, Trojan-Ransom.Win32.Stop, Trojan-Ransom.Win32.Cryakl, Trojan-Ransom.Win32.GandCrypt, dan Trojan-Ransom.Win32.Gen.
Menurutnya, tingkat kewaspadaan masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya upaya serangan siber dengan tebusan itu. Dia menilai tingkat kewaspadaan pengguna di Indonesia 'belum sampai' pada serangan ransomware.
“Kalau ada attachment dan dibilang jangan dibuka, malah dibuka. Jangan diklik, malah diklik. Lebih menonjol rasa ingin tahunya,” ujar Dony.
Baca juga:
Mutasi Virus Corona Bikin Cepat Menyebar, Pakar: Bukan Lebih Ganas
Lebih lanjut Dony menuturkan, Ransomware sendiri masih menggunakan taktik kuno seperti email phising, website terinfeksi, atau software yang tidak diperbarui. Namun serangannya masih menjadi tantangan besar bagi banyak pihak di dunia, termasuk Indonesia.
MUHAMMAD AMINULLAH | ZW