TEMPO.CO, Bandung - PT Pindad dan PT Top Tekno Indo (Hejotekno) memperkenalkan Stungta X Pindad, produk pemusnah sampah dengan teknologi tanpa asap atau smokeless incinerator.
“Stungta X Pindad merupakan salah satu bagian dari solusi inovatif penanganan sampah yang ramah lingkungan. Kami mendukung penuh inovasi karya anak bangsa ini dan siap memproduksi bersama-sama secepatnya untuk membenahi lingkungan kita di berbagai daerah di tanah air,” kata Direktur Bisnis Produk Industrial PT Pindad, Heri Heriswan, dalam keterangannya, Jumat, 4 September 2020.
Pindad dan Hejotekno memulai kerja sama produksi Stungta lewat penandatanganan MOU pada 26 Juli 2020. Kerja sama terkait produksi bersama, kegiatan sertifikasi, serta kegiatan bisnis lainnya. Produk tersebut bertujuan untuk menjadi pengolah residu sampah, yakni sisa pemilihan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan kembali.
Stungta diklaim sebagai incinerator ramah lingkungan dengan tidak menghasilkan asap dan zat berbahaya lain karena sudah melewati pembakaran double burner, filter, dan treatment asap.
Sistem tungkunya diklaim efisien dalam penggunaan bahan bakar. Pembakaran sampah dapat dilakukan terus-menerus karena tidak menggunakan sistem buka tutup pintu ruang bakar seperti produk incinerator lain yang mengharuskan burner dipadamkan dulu sebelum memasukkan sampah baru.
Temperatur pembakaran Stungta berkisar 800-1.200 derajat Celcius yang diklaim dapat memusnahkan seluruh jenis sampah kering dan basah. Hasil pembakaran dominasi hingga tersisa 5 persen dari volume awal sampah. Stungta juga memiliki desain kompak, ukuran kecil, dan gampang dipindahkan karena memiliki sumber listrik mandiri.
Peresmian Stungta X Pindad tersebut dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Negara Pakuan, Kamis, 3 September 2020. “Sudah (dapat sertifikat ramah lingkungan) dan bekerja sama dengan Pindad sehingga bisa mengelola sampah sekitar dua ton per hari,” kata Ridwan Kamil, dari rilis humas pemerintah Jawa Barat, Kamis, 3 September 2020.
Ridwan Kamil mengatakan, Stungta bisa dipergunakan di ujung proses pemilahan dan pengolahan sampah, yakni khusus mengolah sampah yang sudah tidak memiliki nilai ekonomi.
“Jadi kalau ada 100 persen sampah, 10 sampai 20 persennya oleh Bank Sampah dikelola menjadi uang. Kemudian 40 sampai 50 persennya didaur ulang menjadi pupuk dan sebagainya. Nah, sisanya yang tidak ada value recycle sama sekali, masuk lah ke mesin Stungta ukuran (kapasitas) dua ton ini per hari. Diciptakan oleh orang Jawa Barat, diproduksi oleh Pindad,” kata Ridwan Kamil.
AHMAD FIKRI