Kata Lulut, logika temuan kepala hewan besar karnivora atau pemangsa dari bangsa kucing besar itu cocok dengan penjelasan temannya yang pernah menemukan kotoran (feses) dan tapak harimau di kawasan hutan Gunung Kawi. Mungkin saja, dia menambahkan, tengkorak itu terbawa dari hulu Sungai Metro di Gunung Kawi.
Didik Raharyono, Direktur Peduli Karnivora Jawa yang telah meneliti Harimau Jawa selama lebih dari 20 tahun, mengatakan selalu terbuka kemungkinan penemuan harimau jawa baik hidup maupun mati meski sudah dinyatakan punah oleh beberapa lembaga nasional dan internasional. Apalagi banyak penduduk tepian hutan dan pendaki yang memberi kesaksian tentang pertemuan dengan harimau jawa.
Menurutnya, Harimau Jawa juga menyukai sungai karena lingkungannya yang dingin, lembap, dan nyaman. Kebiasaan ini dilakukan harimau jawa saat jelang kematian. "Ke sungai buat menghilangkan jejaknya, bukan sekadar untuk minum,” kata Didik sambil menambahkan setuju temuan tengkorak hewan itu diteliti dengan harapan bisa menjadi petunjuk tentang status kepunahan Harimau Jawa.
Peneliti Mamalia dan Pengelolaan Satwa Liar di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Profesor Gono Semiadi hanya berkomentar singkat saat diminta tanggapannya terhadap foto temuan tengkorak itu. Secara ilmiah, Gono menyatakan tidak berani memberikan jawaban langsung. “Sebab kami akan selalu membandingkannya dengan spesimen pembanding yang kami miliki,” kata Gono.
Kepala Seksi Wilayah VI Probolinggo Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, Mamat Suhimat, mengatakan akan mengunjungi lokasi penemuan tengkorak tersebut sekaligus meminta keterangan pada penemunya. Sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (UU Konservasi), BBKSDA akan meminta tengkorak itu tersebut untuk diserahkan ke LIPI demi diteliti lebih lanjut.
“Kami sangat berterima kasih atas temuan tengkorak tersebut dan kemauan warga untuk mengamankannya,” kata Mamat, Minggu, 6 September 2020.
KOREKSI:
Artikel ini telah diubah pada Senin 7 September 2020, pukul 14.45 WIB, untuk memperbaiki nama Didik Raharyono dari semula tertulis Didik Haryono. Terima kasih.