TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan kesepakatan untuk memperoleh lebih dari 84 juta dosis vaksin Covid-19 potensial. Morrison, Menteri Kesehatan Greg Hunt, serta Menteri Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Karen Andrews, pada Senin, 7 September 2020, mengumumkan kesepakatan vaksin dengan Universitas Queensland dan perusahaan bioteknologi Australia CSL, serta Universitas Oxford dan raksasa farmasi AstraZeneca.
Berita terpopuler selanjutnya, CEO Sinovac Biotech Yin Weidong melaporkan bahwa 90 persen karyawan beserta keluarga dari produsen vaksin Covid-19 itu telah menggunakan vaksin eksperimental garapannya. Menurutnya pemberian vaksin tersebut di bawah program penggunaan darurat yang dilakukan di negara asalnya, Cina.
Selain itu, vaksin Covid-19 di Amerika Serikat diperkirakan akan tersedia pada 1 November 2020. Namun, para ahli menyerukan dan meminta data lengkap vaksin sebelum benar-benar didistribusikan, karena uji klinis yang dilakukan cukup cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
1. Australia Inden Pertama 84 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Senilai Rp 18 Triliun
Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan kesepakatan untuk memperoleh lebih dari 84 juta dosis vaksin Covid-19 potensial.
Morrison, Menteri Kesehatan Greg Hunt, serta Menteri Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Karen Andrews, pada Senin, 7 September 2020, mengumumkan kesepakatan vaksin dengan Universitas Queensland dan perusahaan bioteknologi Australia CSL, serta Universitas Oxford dan raksasa farmasi AstraZeneca.
Berdasarkan kesepakatan itu, dengan nilai gabungan mencapai 1,7 miliar dolar Australia (Rp 18,26 triliun), Australia akan menerima dosis pertama dari kandidat vaksin yang sedang dikembangkan oleh universitas-universitas tersebut jika uji coba terbukti berhasil.
"Warga Australia akan mendapatkan akses gratis untuk vaksin COVID-19 pada 2021 jika uji coba terbukti berhasil," kata Morrison dalam pernyataannya pada Senin.
2. 90 Persen Karyawan Sinovac Pakai Vaksin Covid-19 Buatannya
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 6 Agustus 2020. Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
CEO Sinovac Biotech Yin Weidong melaporkan bahwa 90 persen karyawan beserta keluarga dari produsen vaksin Covid-19 itu telah menggunakan vaksin eksperimental garapannya. Menurutnya pemberian vaksin tersebut di bawah program penggunaan darurat yang dilakukan di negara asalnya, Cina.
Tingkat penyuntikan di bawah program darurat, yang diluncurkan Cina pada Juli lalu telah merilis sedikit detail tentang vaksin itu. Rincian itu menunjukkan seberapa aktif mereka menggunakan vaksin eksperimental dengan harapan melindungi pekerja penting dari potensi kebangkitan Covid-19, bahkan saat uji coba masih berlangsung dan sedang berlangsung.
Program ini ditujukan untuk kelompok tertentu, termasuk staf medis dan mereka yang bekerja di pasar makanan dan di sektor transportasi dan jasa. "Sinovac, yang vaksinnya dalam uji klinis Fase 3 dan telah dimasukkan dalam skema darurat, menawarkan kandidat vaksin kepada sekitar 2.000 hingga 3.000 karyawan dan keluarga mereka secara sukarela," ujar Yin, seperti dikutip Reuters, Minggu, 6 September 2020.
Data yang dikumpulkan dari program itu juga bisa memberikan bukti keamanan vaksin. Namun, data tersebut, yang bukan bagian dari protokol uji klinis terdaftar, tidak akan digunakan sebagai bahan utama yang ditinjau oleh regulator dalam menilai apakah akan menyetujui vaksin untuk penggunaan komersial atau tidak.
3. Vaksin Covid-19 AS Tersedia 1 November, Ahli: Rilis Data Sebelum Distribusi
Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic
Vaksin Covid-19 di Amerika Serikat diperkirakan akan tersedia pada 1 November 2020. Namun, para ahli menyerukan dan meminta data lengkap vaksin sebelum benar-benar didistribusikan, karena uji klinis yang dilakukan cukup cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Saya ingin melihat datanya," ujar Carlos del Rio, dekan eksekutif Fakultas Kedokteran Emory University di Atlanta, Amerika, seperti dikutip NBC News, Sabtu, 5 September 2020. "Saya perlu melihat kemanjuran dan keamanan yang sebenarnya."
Respons Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) kepada negara bagian untuk mempersiapkan distribusi skala besar dari vaksin pada 1 November--dua hari sebelum pemilihan presiden--memicu kekhawatiran bahwa tekanan politik dapat mengesampingkan komitmen terhadap keselamatan.
Membuat vaksin siap untuk distribusi, serta memilih kelompok orang berisiko tinggi atau pekerja perawatan kesehatan garis depan pada November akan bergantung pada uji klinis fase 3 yang mulai mendaftarkan relawan manusia pada Juli.