TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi pembatasan teknologi yang dilakukan Amerika Serikat, perusahaan teknologi Huawei berbagi kemajuan dalam pengembangan sistem operasi pengganti Android dan Google Mobile Service (GMS).
Huawei akan mengungkapkan sistem operasi Harmony miliknya, yang disebut sebagai platform multi-device, seperti untuk jam tangan, laptop, dan ponsel.
Baca Juga:
Juru bicara Huawei yang tidak disebutkan namanya menerangkan, perusahaan asal Cina itu akan mengenalkan komunitas ke berbagai perkembangan teknologi baru, termasuk HMS Core 5.0 dan EMUI 11, dan akan memberikan kesempatan berdiskusi langsung dan terbuka dengan teknisi dan manajemen teknologi baru dan peluang pasar ini.
"Saat ini, Huawei mencatat memiliki 1,6 juta pengembang di seluruh dunia," ujar dia, seperti dikutip Reuters, Rabu, 9 September 2020.
Huawei pertama kali mengenalkan sistem tersebut pada konferensi pengembang tahun lalu. Penambahan Huawei ke daftar entitas Amerika pada Mei tahun lalu melarang Google memberikan dukungan teknis untuk model ponsel Huawei baru yang menggunakan Android, dan GMS, paket layanan pengembang yang menjadi dasar sebagian besar aplikasi Android.
Head of Huawei’s Consumer Business Group Richard Yu, akan menyampaikan pidato utama pada konferensi pengembang tahunannya di Dongguan, Cina. Hal itu diharapkan menandai tanggapan resmi pertama perusahaan terhadap upaya pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump yang melarang aksesnya ke chip Huawei.
Pada Agustus 2020 lalu, Amerika telah memperluas pembatasan sebelumnya yang bertujuan mencegah Huawei memperoleh semikonduktor tanpa lisensi khusus. Termasuk chip yang dibuat oleh perusahaan asing yang dikembangkan atau diproduksi dengan perangkat lunak atau teknologi Amerika.
Para analis mengatakan pembatasan tersebut mengancam mahkota Huawei sebagai pembuat smartphone terbesar di dunia, dan bisnis smartphone-nya akan hilang sepenuhnya jika tidak dapat menggunakan chipset.
Dengan hubungan Amerika-Cina yang paling buruk dalam beberapa dekade ini, Washington mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk menekan Huawei. Alasannya adalah karena perusahaan asal Negeri Tirai Bambu itu dianggap akan menyerahkan data kepada pemerintah Cina untuk dimata-matai, meskipun beberapa kali Huawei membantahnya.
Menurut analis konsultan dari IDC Will Wong, Huawei kemungkinan besar akan fokus pada aplikasi HarmonyOS di perangkat layar pintar, daripada di bisnis ponsel pintar yang sangat terpengaruh akibat konflik dengan Amerika.
"Mereka tidak ingin menampilkan HarmonyOS sebagai alternatif Google asli menjelang pemilu Amerika pada November, dengan harapan dapat memperoleh kembali akses ke Google setelah itu," katanya.
Sementara analis industri dari Counterpoint Tarun Pathak menerangkan, tantangan utama Huawei adalah menunjukkan bahwa AppGallery dan Huawei Mobile Services (HMS) miliknya dapat mengintegrasikan aplikasi lokal dari berbagai negara dan wilayah. "Tanpa layanan Google berdampak serius terhadap daya tarik perangkat ini dengan pesaing yang menjalankan Android versi komersial penuh," tutur dia.
REUTERS | GSMARENA