TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan robotik Ghost Robotics beberapa waktu lalu mengunggah sebuah video di akun twitternya, @Ghost_Robotics, yang menampilkan sesi latihan pasukan Amerika Serikat (AS) ditemani dua buah robot berkaki empat. Bak adegan pada film fiksi, robot yang menyerupai anjing itu berjalan berdampingan dengan pasukan militer AS.
“Menumpang @usforce, segerombolan robot akhirnya turun dari pesawat dan menyediakan komunikasi mesh, ISR, dan mendukung tentara berperang dengan cara yang tidak terbayangkan,” tulis @Ghost_Robotics dalam unggahannya tersebut.
The Drive melaporkan pada Kamis, 10 September 2020, bahwa robot anjing yang diberi nama Vision 60 Q-UGV tersebut merupakan salah satu tautan dari program Advanced Battle Management System (ABMS), sebuah sistem jaringan pertempuran digital untuk mengumpulkan, memproses, dan berbagi data antara pasukan AS dan Sekutu.
Robot yang dikembangkan perusahaan Ghost Robotics ini dirancang untuk menjalani tugas seperti inspeksi jarak jauh, misi intelijen, pengawasan, pengintaian, pemetaan, komunikasi terdistribusi, dan keamanan persisten.
Vision 60 juga dilengkapi kecerdasan buatan untuk menunjang aktivitasnya. Dengan teknologi tersebut, Vision 60 mampu menganalisis data untuk mendeteksi serta melawan ancaman terhadap militer AS baik di udara maupun di darat.
Asisten Sekretaris Angkatan Udara AS bidang akuisisi, teknologi, dan logistik, Will Roper, mengatakan medan pertempuran di masa depan akan diwarnai dengan informasi yang rumit, oleh karenanya para tentara harus mulai memperhitungkan analitik data dan kecerdasan buatan.
“Menilai data informasi sebagai sumber daya perang merupakan hal penting, tidak kalah penting dari bahan bakar jet atau satelit, hal itu merupakan kunci untuk peperangan di masa depan,” ujar Roper, dalam rilis berita Angkatan Udara AS, dikutip dari The Drive.
Melansir CNN, robot anjing tersebut mungkin bakal menjadi komponen penting militer AS di masa depan. Kepala Operasi Ruang Angkasa, Jenderal John Raymond mengatakan, pihaknya tengah mengeksplorasi penggunaan ABMS untuk menghubungkan sensor ke penembak di seluruh ruang pertempuran agar bisa bekerja dengan cepat meskipun di bawah ancaman.
“Pematangan konsep dan kemampuan ini diperlukan untuk berperang dan menang di era informasi,” ujar Raymond dalam rilis Angkatan Udara AS, dilansir dari CNN.
THE DRIVE | CNN | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ