TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang bahaya semburan lumpur dan gas di daerah Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, pada Sabtu 5 September 2020, telah diprediksi dan diperingatkan sewindu lalu. Sayangnya, saat itu, adanya ancaman bahaya semburan tersebut hanya dipresentasikan kepada Pemerintah DKI Jakarta.
Berita terpopuler selanjutnya, riset uji klinis fase 3 calon vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung telah berjalan sebulan. Sejauh ini menurut Ketua Tim Riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil, proses penelitian berjalan lancar sesuai rencana. “Belum ada yang dirawat atau sakit-sakit, (relawan) yang kita telepon katanya biasa-biasa saja,” ujarnya saat dihubungi Rabu, 9 September 2020.
Selain itu, Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ikut memantau perkembangan penelitian serupa di mancanegara. Penghentian sementara uji klinis vaksin Covid-19 fase tiga atau akhir oleh Oxford University dan AstraZeneca menjadi peringatan bagi semua pihak. “Kita mesti hati-hati, makanya itu diberhentikan kan,” kata ketua tim riset Unpad Kusnandi Rusmil.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
1. Jakarta Sudah Tahu Bahaya Semburan Lumpur di Bekasi?
Semburan air bercampur lumpur di kawasan Kranggan, Jatisampurna, Bekasi. Instagram/@infobekasi
Bahaya semburan lumpur dan gas di daerah Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, pada Sabtu 5 September 2020, telah diprediksi dan diperingatkan sewindu lalu. Sayangnya, saat itu, adanya ancaman bahaya semburan tersebut hanya dipresentasikan kepada Pemerintah DKI Jakarta.
Mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Andang Bachtiar, menuturkan kembali peringatan yang dibuatnya delapan tahun lalu itu. Dia menggunakan tulisan yang diunggahnya di akun pribadi media sosial Facebook untuk menjawab pertanyaan dari Tempo.co, Selasa 8 September 2020.
Dia menggambarkan, lokasi semburan di Kranggan terletak 2-3 kilometer arah tenggara dari area lapangan migas Jatinegara, di perbatasan Jakarta-Bekasi. Lapangan migas itu tepatnya wilayah Cipayung, Kranggan, dan Cibubur, yang sudah terdeteksi pada 2012.
Melalui akun Facebook pribadinya itu, Andang menjelaskan semburan kemungkinan disebabkan oleh pengeboran untuk mencari sumber air dalam. Padahal, sama seperti yang pernah dia kampanyekan delapan tahun lalu, daerah tersebut bahaya oleh kandungan gas dangkal.
2. Sebulan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung, Ada Relawan Sakit Ringan
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) didampingi istri Atalia Praratya (kiri) menunjukan nomor antrian tes kesehatan, di puskesmas Garuda, kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Selasa 25 Agustus 2020. Ridwan Kamil akan menjalani sejumlah tes kesehatan dan tes usap atau swab test sebelum dilakukan proses penyuntikkan atau uji klinis tahap III vaksin Sinovac COVID-19. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Riset uji klinis fase 3 calon vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung telah berjalan sebulan. Sejauh ini menurut Ketua Tim Riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil, proses penelitian berjalan lancar sesuai rencana. “Belum ada yang dirawat atau sakit-sakit, (relawan) yang kita telepon katanya biasa-biasa saja,” ujarnya saat dihubungi Rabu, 9 September 2020.
Menurut Kusnandi ada relawan yang demam pasca vaksinasi, tapi setelah 1-2 hari sudah sembuh. Tiap Jumat tim riset menjadwalkan vaksinasi bagi relawan uji klinis yang lolos penyaringan tes kesehatan saban Selasa. Hingga Jumat pekan lalu sudah 460 dari total 1.620 orang relawan yang divaksinasi, 110 orang diantaranya telah lengkap dua kali penyuntikan.
Manajer lapangan tim riset Eddy Fadlyana mengatakan reaksi penyuntikan sejauh ini tidak ada yang berkasus berat. ”Reaksi lokal di tempat suntikan seperti nyeri tergolong ringan,” ujarnya Rabu, 9 September 2020.
Seorang relawan uji klinis Arif Budiawan, 53 tahun, mengatakan tubuhnya sempat demam dan lemas. Tangan di lokasi suntikan juga terasa agak kaku. Gejala itu muncul pasca vaksinasi pada 28 Agustus 2020 di Puskesmas Dago.
3. Uji Vaksin Covid-19 AstraZeneca Dihentikan, Tim Unpad: Harus Hati-hati
Pengunjung berkumpul untuk melihat vaksin virus corona buatan Sinovac Biotech Ltd yang dipamerkan dalam acara China International Fair for Trade in Services (CIFTIS) 2020 di Beijing, Cina, 5 September 2020. REUTERS/Tingshu Wang
Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ikut memantau perkembangan penelitian serupa di mancanegara. Penghentian sementara uji klinis vaksin Covid-19 fase tiga atau akhir oleh Oxford University dan AstraZeneca menjadi peringatan bagi semua pihak. “Kita mesti hati-hati, makanya itu diberhentikan kan,” kata ketua tim riset Unpad Kusnandi Rusmil.
Sebelumnya diberitakan, pemberhentian uji klinis itu pada Selasa, 8 September 2020 diduga karena ada relawan vaksinasi yang sakit. Tim riset masih berupaya mencari tahu apakah sakitnya akibat vaksin atau sebab lain.
Melansir BBC.com, riset vaksin itu melibatkan sekitar 30 ribu orang di Amerika Serikat, Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan. Sebagian pihak menilai penundaan riset semacam itu lumrah ketika ada subyek penelitian yang sakit demi keamanan peserta.
Menurut Kusnandi, ada perbedaan vaksin yang dihentikan uji klinisnya itu dengan yang diteliti oleh tim Unpad di Bandung sekarang ini. “Kita pakai vaksin yang virusnya dimatikan, cuma memang daya imunitasnya kurang jadi harus disuntik dua kali paling tidak,” katanya, Rabu 9 September 2020.
Adapun Oxford-AstraZeneca menguji pengembangan vaksin yang berasal dari dua jenis virus yang disuntikkan ke relawan, yaitu adenovirus dan Covid-19 yang dilemahkan. “Sehingga jadi vaksin virus hidup. Ketika disuntikkan ke orang kebetulan bereaksi jadi diberhentikan, takut nanti karena ini virus hidup,” ujar Kusnandi.