TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan menerangkan, penghentian sementara uji klinis vaksin Covid-19 oleh AstraZeneca tidak boleh membuat para peneliti patah semangat. Menurutnya, ini menjadi seruan untuk menyadari bahwa ada pasang surut dalam pengembangan klinis proses pembuatan vaksin.
"Ini adalah seruan bahwa kita harus siap. Kita tidak perlu putus asa. Hal ini biasa terjadi," ujar Swaminathan, seperti dikutip Reuters, Kamis 10 September 2020.
Mike Ryan, Kepala Kedaruratan WHO, menyampaikan senada dengan Soumya. Dia mengatakan bahwa pengembangan vaksin adalah perlombaan melawan virus dan perlombaan untuk menyelamatkan nyawa. "Ini bukan perlombaan antar perusahaan, dan bukan perlombaan antar negara," kata Ryan.
Saat ini, keduanya menambahkan, pemerintahan di dunia sangat membutuhkan kehadiran vaksin untuk membantu mengakhiri pandemi Covid-19, yang telah menyebabkan lebih dari 900 ribu kematian dan kekacauan ekonomi global. Adapun vaksin yang sedang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford telah ditandai WHO di antara yang paling menjanjikan.
AstraZeneca mengumumkan penangguhan uji coba tahap akhir tersebut untuk penyelidikan terhadap satu relawannya yang sakit dengan gejala neurologis. "Dalam uji coba besar, penyakit akan terjadi secara kebetulan, tapi harus ditinjau secara independen untuk memeriksanya dengan cermat," ujar CEO AstraZeneca Pascal Soriot seperti dikutip Financial Times, Rabu 9 September 2020.
Dia menegaskan, penyetopan sementara itu membuat AstraZeneca dan University of Oxford telah berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu yang pertama dalam memberikan hasil dari uji coba vaksin. Informasi yang kemudian berembus, uji coba sudah akan dilanjutkan kembali pekan depan, dengan mempercepat peninjauan terhadap dugaan reaksi yang serius dari seorang peserta.
Baru sehari sebelumnya, AstraZeneca terlibat di antara sembilan pengembang vaksin Covid-19 di Amerika dan Eropa berjanji menegakkan standar ilmiah imunisasi eksperimental dalam perlombaan mengatasi pandemi. Perusahaan tersebut mengeluarkan apa yang disebut 'janji bersejarah' setelah muncul kekhawatiran bahwa standar keselamatan dan kemanjuran tergelincir karena prosesnya yang terburu-buru.
Baca juga:
Tim Riset Unpad Akui Satu Peserta Uji Vaksin Cina Positif Covid-19
Kesembilan perusahaan itu mengatakan akan mengikuti panduan yang ditetapkan otoritas kesehatan seperti FDA di Amerika Serikat. Di antara rintangan lain, persetujuan harus didasarkan pada uji klinis yang besar dan beragam dengan kelompok pembanding yang tidak menerima vaksin Covid-19.
REUTERS | FINANCIAL TIMES