TEMPO.CO, Jakarta - Pada awal pandemi Covid-19, penggunaan non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID) dikhawatirkan menyebabkan pasien Covid-19 lebih parah. Namun, studi baru yang diterbitkan minggu ini di PLOS Medicine menemukan NSAID, seperti ibuprofen dan diklofenak, tidak memiliki efek samping pada pasien Covid-19.
NSAID merupakan obat antiradang yang biasanya digunakan untuk mengobati demam, nyeri, dan sakit. "Secara keseluruhan, risiko untuk semua hasil penelitian serupa antara pengguna dan non-pengguna ibuprofen dan NSAID lainnya," kata penelitinya, seperti dikutip Fox News, Kamis 10 September 2020.
Para peneliti dari University of Southern Denmark, Aarhus University Hospital, dan Danish Medicines Agency, mengumpulkan data lebih dari 9.000 penduduk Denmark yang positif terinfeksi virus corona Covid-19 antara 27 Februari hingga 29 April. Mereka melihat data terkait penggunaan NSAID, rawat inap, masuk ke ICU, ventilasi mekanis, mortalitas 30 hari, dan terapi penggantian ginjal akut.
Penelitian itu menyebutkan dari 9.326 orang, sebanyak 248 orang memiliki resep NSAID yang diisi dalam 30 hari setelah tes Covid-19 mereka positif. Para peneliti menyimpulkan tidak ada hubungan antara penggunaan NSAID dan hasil dari infeksi virus corona baru tersebut.
Peneliti memeriksa apakah penggunaan NSAID dikaitkan dengan mortalitas 30 hari dan hasil yang merugikan pada populasi orang positif SARS-CoV-2. "Penggunaan NSAID tidak terkait dengan peningkatan mortalitas 30 hari, sebuah temuan yang kuat dalam berbagai analisis tambahan," bunyi laporan penelitian itu.
Baca Juga:
Penggunaan NSAID juga tidak terkait dengan peningkatan risiko rawat inap, masuk ICU, ventilasi mekanis, atau terapi penggantian ginjal dalam analisis yang disesuaikan. Penelitian tersebut resmi dipublikasi pekan ini di dalam jurnal Plos Medicine.