TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas kesehatan di Cina telah menyetujui kandidat vaksin Covid-19 yang disemprotkan lewat hidung untuk mulai diuji pada manusia atau uji klinis fase pertama pada Rabu, 9 September 2020. Vaksin itu dikembangkan peneliti di Xiamen University dan Hong Kong University bersama pabrik vaksin di Beijing, Wantai Biological Pharmacy Enterprise Co.
Vaksinasi lewat hidung sudah ada untuk flu dan direkomendasikan diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa yang menghindari penggunaan jarum suntik. Meski jumlahnya tidak tersedia banyak, vaksinasi alternatif dari suntikan ini juga dikembangkan seluruh ilmuwan vaksin di dunia.
Calon vaksin semprot lewat hidung ini menjadi kandidat vaksin Covid-19 kesepuluh yang sedang dikembangkan di Cina--atau bergabung di antara 35 kandidat di seluruh dunia--yang telah melangkah ke uji klinis. Cina kini memimpin pengembangan vaksin Covid-19 dunia terutama setelah AstraZeneca Plc di Inggris, yang menggandeng University of Oxford, harus berhenti sementara untuk investigasi kasus satu relawan uji klinisnya yang jatuh sakit.
Science and Technology Daily, jurnal milik Kementerian Sains dan Teknologi Cina, menerangkan kalau vaksin semprot menggunakan virus flu yang telah dilemahkan dan direkayasa sehingga membawa segmen genetik dari protein paku virus corona Covid-19. Diberikan lewat saluran napas, vaksinasi dengan cara ini mencoba meniru infeksi virus alaminya untuk menstimulasi respons imun tubuh melawan Covid-19.
Jurnal yang sama menjelaskan hasil uji pra klinis pada tikus dan hamster menggunakan vaksinasi semprot lewat hidung itu. Vaksin disebutkan mampu secara signifikan mengurangi kerusakan paru-paru pada kedua jenis hewan percobaan tersebut saat diuji tantang dengan virus corona Covid-19.
Baca juga:
Covid-19: Mungkinkah Beda Rumah Sakit, Beda Hasil Swab Test?
Itu sesuai harapan sebagian peneliti kalau vaksin lewat hidung memiliki peluang lebih baik untuk menghentikan penyebaran virus sepanjang masih di saluran pernapasan. "Jarum suntik bisa membangkitkan respons imun tubuh yang sistematik untuk mencegah gejala parah, tapi mungkin tidak cukup kuat untuk menghadang infeksi yang datang."
BLOOMBERG | FOX NEWS