Secara spesifik, virus corona Covid-19 disebutkannya mempunyai struktur non-structural protein-14 (nsp-14) yang akan membetulkan mutasi, sehingga mutasi bukan yang utama dari virus ini dalam mempertahankan hidupnya. Selain itu, enzim nsp-14 juga bisa menyebabkan obat antivirus seperti remdesivir atau ribavirin menjadi kurang efektif.
"Virus ini bisa mengenali dan membuang antiviral analog terhadap struktur virus berupa adenin, guanin, sitosin dan urasil melalui kerja enzim nsp-14 ini," katanya.
Kecerdikan itu terkait dengan identifikasi mutasi D614G (aspartat/D diganti glisin/G, pada nomer 614), yang diduga menyebabkan virus Covid-19 ini menular lebih cepat di dunia. Di Indonesia, Nidom mengatakan, mutasi telah ditemukan pada 57,5 persen kasus infeksi.
Namun, Nidom menyatakan, masih dibutuhkan kajian yang mendalam untuk memastikan apakah mutasi itu menyebabkan virus lebih menular. "Perlu antisipasi secara saksama dengan kebijakan yang tepat. Beberapa negara ASEAN juga memiliki isolat dengan struktur D614G tersebut," katanya.
Baca juga:
Masih Berpikir Virus Corona Buatan Lab? Simak Studi Baru Ini
Yang jelas, Nidom menambahkan, kajian atau studi karakter virus Covid-19 dalam mendampingi kebijakan pengendalian pandemi-19 ini perlu dipertimbangkan. "Mengingat karakter dan cara meliuk virus Covid-19 yang cerdik ini," kata profesor di Kedokteran Hewan Unair ini menuturkan.