TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa relawan dikabarkan telah berhenti dari uji klinis vaksin Covid-19 di Spanyol. Mereka sejatinya berperan menguji vaksin yang dikembangkan Johnson & Johnson namun berhenti atau mundur setelah mengetahui berita tentang satu peserta dalam uji klinis vaksin Covid-19 AstraZeneca jatuh sakit.
Kabar beberapa relawan mundur tersebut datang dari Alberto Borobia, Kepala Unit Uji Klinis La Paz University Hospital, Madrid. Dia tidak menyebutkan spesifik berapa banyak yang mundur namun menerangkan dirinya dan tim masih memiliki relawan cadangan agar pengujian bisa dilanjutkan.
"Banyak yang telah menelepon untuk menanyakan lebih detail tentang risiko vaksin, apakah yang terjadi dengan vaksin (AstraZeneca) itu ada hubungannya dengan yang sedang dipelajari (Jhonson & Jhonson)," ujar Borobia kepada Reuters, Selasa 15 September 2020.
Uji coba vaksin Covid-19 AstraZeneca sempat ditangguhkan di seluruh dunia pada 6 September setelah efek samping yang misterius dilaporkan terjadi pada seorang sukarelawan di Inggris. Uji sudah dilanjutkan lagi di Inggris dan Brasil per Senin lalu setelah mendapat lampu hijau dari regulator Inggris, tapi tetap ditahan di Amerika Serikat.
Adapun uji klinis di Spanyol dijalankan oleh unit Johnson & Johnson Begia yang memulai uji coba Fase II. Sebanyak 190 orang di Spanyol terlibat di dalamnya. Mereka rencananya disuntikkan calon vaksin itu pada Senin dan tes akan selesai pada 22 September mendatang.
Uji coba juga dilakukan di Belanda dan Jerman, sehingga jumlah total peserta di ketiga negara sebanyak 550 orang. Uji klinis tahap 2 dirancang untuk menguji dosis yang aman untuk digunakan setelah tahap pertama memastikan keamanannya. Fase tiga atau akhir nanti yang akan menguji kemanjuran vaksin.
Johnson & Johnson, juga AstraZeneca, termasuk diantara sembilan perusahaan yang pada pekan lalu mendeklarasikan komitmennya menegakkan standar ilmiah dalam pengembangan vaksin Covid-19. di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa standar keamanan dan kemanjuran mungkin tergelincir untuk menghentikan pandemi.
Borobia berujar, relawan fase tiga nanti akan jauh lebih beragam daripada fase II saat ini yang hanya melibatkan orang-orang dalam keadaan sehat. Relawan itu dibagi menjadi mereka yang berusia 18 hingga 55 tahun dan mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
"Tahap ketiga nanti kami akan memasukkan semua tipe orang. Perlu memasukkan sejumlah pasien hipertensi, pasien kulit putih, pasien Asia. Populasi di Fase III benar-benar heterogen," kata Borobia.
Baca juga:
Mutasi Virus Corona di Indonesia: Guru Besar Unair Sebut Cerdik, Apa Maksudnya?
Johnson & Johnson bertujuan menguji calon vaksinnya itu pada 60 ribu orang secara global. "Dengan sepertiga dari Amerika Latin, wilayah yang saat ini terpukul pandemi Covid-19 paling parah," kata Josue Bacaltchuk, wakil presiden urusan medis untuk unit Johnson & Johnson di wilayah tersebut. Vaksin pertama disebutnya akan tersedia pada awal 2021.
REUTERS | NEWSHUB