TEMPO.CO, Jakarta - Serangan ransomware yang 'nyasar' ke Rumah Sakit Universitas Duesseldorf, di Jerman, pada pekan kedua September lalu, menyebabkan satu pasien meninggal. Pasien itu meninggal setelah gagal mendapat tindakan medis akibat jaringan rumah sakit sempat lumpuh karena serangan siber yang menuntut uang tebusan tersebut.
Serangan tersebut berhasil melumpuhkan seluruh jaringan sehingga rumah sakit tidak bisa menjalankan prosedur pembedahan dan mengalihkan tindakan medis ke rumah sakit terdekat. Pada waktu yang bersamaan, ada seorang pasien dengan kondisi kritis yang baru saja datang.
Perempuan itupun dirujuk dengan mobil ambulans ke rumah sakit terdekat yang berjarak 32 kilometer. Pasien meninggal dalam perjalanan.
Otoritas di Jerman mengatakan serangan siber tersebut ternyata tidak ditujukan kepada rumah sakit, melainkan universitas yang berafiliasi dengan rumah sakit tersebut. Kesimpulan itu didapat dari catatan penyerang yang ditinggalkan di server rumah sakit.
Penyerang pun memberikan kunci deskripsi ransomware itu setelah kepolisian setempat memberitahu bahwa yang mereka serang adalah rumah sakit.
Kematian pasien itu menambah panjang daftar dampak peretasan pada rumah sakit. Terlebih kejadian tersebut terjadi setelah beberapa kelompok peretas menyatakan tidak akan menyerang rumah sakit, khususnya di masa pandemi.
Seperti diketahui fasilitas kesehatan merupakan salah satu target terbesar serangan siber. Kebergantungan rumah sakit pada sistem komputer yang tertanam pada peralatan medis akan sangat berdampak pada pasien ketika sistem jaringan utama rumah sakit diserang.
"Jika sistem terganggu melalui internet, musuh, atau kecelakaan, dapat berdampak besar pada perawatan pasien," kata advokat keamanan siber dan rekan inovasi siber di Dewan Atlantik, Beau Woods.
Baca juga:
Begini Karakter Orang Indonesia Hingga Mudah Diserang Ransomware
Serangan ransomeware WannaCry juga telah telah melumpuhkan sistem rumah sakit besar, salah satunya United Kingdom’s National Health Service, di Inggris, tiga tahun lalu. Meskipun peristiwa tersebut tidak menyebabkan kematian pasien secara langsung, serangan siber terhadap layanan kesehatan tetap tidak bisa dibenarkan.
MUHAMMAD AMNULLAH | ZW | FORBES | THE VERGE | AP