TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Hermina Pasteur, Bandung, Dadang Hudaya Somasetia, menerangkan penyakit yang dipicu virus corona Covid-19 Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) yang pertama kali dilaporkan di Inggris, terdeteksi pada seorang pasien anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin, yang cocok dengan gejalanya.
"Iya baru satu, terdeteksi sekitar tiga bulan lalu," ujar dia melalui pesan WhatsApp, Senin, 21 September 2020.
Menurut Dadang, MIS-C merupakan penyakit yang tergolong baru dan belum banyak yang memahami. Dia juga menerangkan bahwa MIS-C mirip dengan penyakit Kawasaki, yang khas itu ada tanda inflamasi ekstrim-peradangan berat (diketahui dari pemeriksaan laboratotium), demam (3-5 hari), nyeri perut, muntah dan/atau mencret.
"Sering disangka tanda abdomen akut atau demam dengue berat, biasanya juga ada ruam kemerahan di mata (conjunctivitis), kulit (bisa terjadi di seluruh tubuh) dan selaput lendir (terutama di dalam rongga mulut)," kata Dadang.
Science Daily, 4 September 2020, melaporkan University of Texas Health Science Center, San Antonio, Amerika Serikat, telah meninjau 662 kasus MIS-C yang dilaporkan di seluruh dunia antara 1 Januari dan 25 Juli. Laporan tersebut mencatat 71 persen anak dirawat di unit perawatan intensif (ICU), 60 persen mengalami shock (rata-rata di rumah sakit adalah 7,9 hari).
Selain itu, 100 persen dari total temuan mengalami demam, 73,7 persen menderita sakit perut atau diare, dan 68,3 persen mengalami muntah. Terdapat 90 persen yang melakukan tes ekokardiogram (EKG) dan 54 persen hasilnya abnormal. Data lainnya, 22,2 persen anak membutuhkan ventilasi mekanis, 4,4 persen membutuhkan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), dan 11 anak meninggal.
Dadang juga menjelaskan di Inggris, MIS-C banyak menjangkit anak-anak terutama orang kulit putih. Tanda dan gejala MIS-C bisa muncul 3-4 minggu sesudah kena infeksi Covid-19, baik Covid-19 tanpa gejala atau sakit ringan sehingga tidak ketahuan. "Anak tidak perlu menunjukkan gejala umum Covid-19, seperti demam, batuk dan sesak," tutur Dadang.
Namun, dia melanjutkan, bisa tiba-tiba demam, nyeri perut, mual, muntah dan/atau mencret. Kemudian juga bisa tiba-tiba memburuk mengalami syok (renjatan: kesadaran menurun, lemas, tangan dan kaki pucat, berkeringat dingin, napas cepat, denyut nadi lemah), mungkin berlanjut mengalami gagal jantung-paru.
"Denyut nadi lemah sampai tidak teraba, tekanan darah turun sampai tidak terukur, napas cepat kemudian menjadi lambat sampai henti napas," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu.
Jadi, Dadang memperingatkan, bagi orang awam, pada masa pandemi Covid-19 ini, bila anak mengalami gejala demam disertai nyeri perut, mual, mulas, muntah atau mencret segera periksakan ke dokter. "Jangan terlambat, semua anak mengalami demam, 74 persen nyeri perut/diare, 68 persen muntah, 52 persen conjuctivitis, dan 56 persen ruam kulit," kata Dadang.