TEMPO.CO, Jakarta - Twitter menyelidiki tuduhan rasis karena algoritma foto yang digunakannya lebih menyukai wajah berkulit putih dibandingkan hitam. Pengguna Twitter ramai menguji algoritma itu sepanjang akhir pekan lalu dan memberi bukti beberapa contoh preferensi untuk wajah yang berkulit putih dari sistem otomatis di platform media sosial itu.
Seperti yang pernah diumumkan 2018 lalu, fitur algoritma foto Twitter menggunakan jaringan neural, sebuah mesin sistem yang kompleks yang bisa mengambil keputusan mandiri. Dan Parag Agrawal, Chief Development Officer Twitter, memastikan fitur tersebut sebelumnya telah diuji untuk bisa menghindari praktik bias rasialisme dan hasilnya tidak menemukan bukti perlakuan bias atau gender.
Tapi peninjauan ulang tetap dilakukan setelah ratusan ribu retweet menarik perhatian pimpinan Twitter. Seorang juru bicara Twitter mengakui ada tim yang sedang menguji ulang fitur tersebut. Menurutnya, dari contoh-contoh kasus yang ada, jelas bahwa Twitter harus melakukan lebih banyak lagi analisis.
"Kami akan terus membagikan apa yang kami pelajari, tindakan apa yang kami ambil, dan akan membuka sumber analisis kami sehingga orang lain dapat meninjau dan mereplikasi," ujar juru bicara yang tak disebutkan namanya itu, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin 21 September 2020.
Percakapan online tentang bias rasis itu telah memicu kemarahan dan mengarah ke berbagai tes yang berbeda ketika orang-orang mencoba menentukan apa yang mungkin menyebabkan praktik tak patut tersebut. Semua bermula ketika seorang pria kulit putih men-tweet bahwa rekannya, seorang pria kulit hitam, mengalami masalah dengan latar belakang virtual Zoom.
Dia men-tweet cuplikan masalah, di mana wajah rekannya tidak diambil oleh algoritma deteksi wajah Zoom, di Twitter dan melihat bahwa pratinjau default di platform media sosial itu juga 'tak berpihak' kepada rekannya. Berdasarkan temuan yang meresahkan ini, pengguna Twitter lainnya melakukan penyelidikan sendiri.