TEMPO.CO, Jakarta - Angka kematian Covid-19 di Amerika Serikat telah melewati 200 ribu pada Selasa waktu setempat. Tepatnya, sudah sebanyak 200.654 orang meninggal di antara total 6,8 juta kasus positif infeksi virus corona Covid-19 yang telah dileporkan per artikel ini dibuat seperti yang dicatat oleh Pusat Sistem Ilmu dan Rekayasa di Johns Hopkins University.
Di antara negara bagian di AS, New York melaporkan jumlah kematian tertinggi, yakni sebanyak 33.092 orang. New Jersey di tempat kedua dengan 16.069 orang. Texas, California, dan Florida seluruhnya mengkonfirmasi angka kematian warganya lebih dari 13 ribu orang, menyusul di bawahnya.
Sedang negara bagian dengan total kematian lebih dari 7 ribu orang dicatatkan oleh Massachusetts, Illinois, dan Pennsylvania. Secara keseluruhan, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan dampak terburuk dari pandemi Covid-19. Negara ini menyumbang jumlah kasus infeksi terbesar dan sumbangan angka kematiannya lebih dari seperlima jumlah kasus kematian global.
AS mencatat 100 ribu kematian karena Covid-19 pada 27 Mei lalu. Angka itu berlipat dalam hampir empat bulan. Jika dibandingkan dengan jumlah korban serangan teroris 11 September 2001, yang menyebabkan hampir 3 ribu nyawa melayang, angka kematian karena Covid-19 itu setara serangan 67 hari berturut-turut.
Laju kematian itu diperkirakan belum akan terhenti. Sebuah model skenario yang dibuat Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington menunjukkan angkanya akan menanjak lagi hingga lebih dari 370 ribu sampai 1 Januari 2021 nanti.
"Ini sangat menyedihkan dan, dalam beberapa hal, mengejutkan," kata Anthony Fauci, pakar kesehatan masyarakat dalam gugus tugas bentukan Gedung Putih. Dia memperingatkan risiko yang lebih besar di periode yang mulai memasuki musim gugur dan dingin.
Peneliti kesehatan publik di Johns Hopkins University, Jennifer Nuzzo, memberi ekspresi serupa. "Sulit dipercaya kita mencapai ini semua," katanya sambil menyebut negaranya yang terkaya di dunia, dengan laboratorium paling modern, ilmuwan paling maju serta sumber daya medis yang berlimpah.
Presiden AS Donald Trump menunjuk ke kerumunan ketika ia memasuki gedung kampanye pemilu pertamanya dalam beberapa bulan di tengah wabah penyakit virus corona, di BOK Center di Tulsa, Oklahoma, AS, 20 Juni 2020.[REUTERS / Leah Millis]
Presiden Donald Trump, sesaat sebelum meninggalkan Gedung Putih menuju agenda kampanye pilpres di Pittsburgh, mengakui capaian itu sebagai 'sesuatu yang mengerikan'. Namun dia juga mengatakan berhasil menghindari situasinya yang lebih buruk lagi dari itu.
Baca juga:
Jumlah Covid-19: Antara Fiipina, Indonesia, dan Jerman
Klaim itu ditolak oleh sebagian kalangan ilmuwan kesehatan masyarakat di negaranya sendiri. Mereka justru berpendapat wabah Covid-19 bisa lebih ditekan andai Trump dan pemerintahannya mengambil langkah tegas dan serius sejak awal pandemi.
XINHUA | REUTERS | GUARDIAN | JHU