TEMPO.CO, Jakarta - Johnson & Johnson (J&J) memulai uji coba terakhir dari kandidat vaksin Covid-19 pada 60 ribu orang pada Rabu, 23 September 2020. Dalam uji coba, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat itu melakukan suntikan tunggal yang berpotensi menyederhanakan distribusi jutaan dosis dibandingkan dengan pesaing utama yang menggunakan dua dosis.
"Kami berharap hasil uji coba Tahap III selesai pada akhir tahun atau awal tahun depan," ujar Paul Stoffels, kepala petugas ilmiah J&J, dalam konferensi pers bersama dengan pejabat dari National Institutes of Health dan Administrasi Presiden Amerika Donald Trump.
Dikutip Reuters, Rabu, 23 September 2020, semua pesaingnya seperti Moderna, Pfizer dan AstraZeneca, memerlukan dua suntikan yang dipisahkan beberapa minggu, yang membuatnya jauh lebih sulit untuk diberikan.
Menurut peneliti vaksin Harvard yang membantu merancang vaksin Covid-19 J&J, Dan Barouch, manfaat vaksin sekali pakai berpotensi besar dalam hal kampanye imunisasi massal dan pengendalian pandemi global.
J&J menerbitkan protokol studi terperinci untuk uji coba fase 3 pada Rabu di situs web perusahaan. Bergabung dengan tiga pembuat vaksin lain yang telah membuat rencana studi ini tersedia dalam beberapa pekan terakhir setelah seruan untuk peningkatan transparansi dalam uji coba.
Stoffels mengatakan J&J memulai uji coba fase 3 setelah melihat hasil positif dalam uji coba fase 1/2 di Amerika Serikat dan Belgia. Perusahaan berencana untuk merilis hasil tersebut dalam waktu dekat.
"Keamanan dan tingkat perlindungan dalam penelitian tersebut setara dengan apa yang terlihat dalam penelitian hewan perusahaan, dan hasil menunjukkan bahwa dosis tunggal dapat menawarkan perlindungan yang cukup untuk waktu yang lama," tutur Stoffels.
Uji coba tahap akhir J&J akan dilakukan di 215 situs di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Meksiko, dan Peru. Perusahaan berencana untuk memproduksi sebanyak satu miliar dosis pada 2021, dan lebih banyak lagi setelahnya.
Tujuan dari uji coba ini adalah untuk menguji apakah vaksin dapat mencegah Covid-19 pada pasien sedang hingga parah setelah satu dosis. Selain itu, juga akan melihat apakah vaksin dapat mencegah penyakit serius yang memerlukan intervensi medis dan apakah bisa mencegah kasus yang lebih ringan dari virus itu.
"Ini diperkirakan akan memakan waktu enam minggu hingga dua bulan untuk mendaftarkan uji coba, dan kami berharap mendapatkan jawaban tentang apakah vaksin itu bekerja sekitar akhir tahun atau awal tahun depan," kata Stoffels menambahkan.
Tidak jelas seberapa cepat perusahaan dapat memperoleh persetujuan regulasi, tapi J&J berencana memproduksi dosis sebelum persetujuan, sehingga dapat memulai distribusi dengan cepat. Uji coba ini akan diawasi oleh Badan Pemantau Keamanan dan Data (DSMB) independen yang akan meninjau keamanan dan efektivitas vaksin.
Sementara, menanggapi kabar tersebut Trump melalui akun Twitter-nya mengatakan bahwa itu berita besar. "Banyak perusahaan hebat memperlihatkan hasil yang luar biasa. Badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) harus bergerak cepat," cuit di media sosialnya.
REUTERS | JOHNSON & JOHNSON | BLOOMBERG