TEMPO.CO, Jakarta - Populasi Badak Sumatera di Indonesia yang tersisa di habitatnya tercatat tak sampai 100 individu. Mereka tersebar, di antaranya, sekitar 30 ekor di Taman Nasional Gunung Leuser, 40 di Taman Nasional Way Kambas, 15 di Taman Nasional Bukit Barisan, dan dua di Kalimantan Tengah.
Angka populasi itu telah memposisikan upaya pelestarian badak cukup rumit. Namun hal tersebut dianggap tidak terlepas dari status badak sebagai spesies ikonik yang memiliki karakter khusus dan membutuhkan penanganan khusus dalam upaya pelestariannya.
Baca juga:
Target Indonesia 2020: Roket Sonda 3 Tingkat
“Hal ini menjadi tantangan tersendiri. Diperlukan upaya tingkat global dan tingkat tapak untuk menjaga populasi badak,” ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, dalam webinar Selamatkan Populasi Terakhir Badak Sumatera, pada Selasa, 22 September 2020--bertepatan dengan Hari Badak Sedunia.
Menurutnya, upaya pelestarian Badak Sumatera sampai sekarang masih menemui hambatan selain masalah jerat pemburu, hilangnya habitat, dan infrastruktur yang malah mengancam habitat badak. "Kecilnya populasi badak di kantung-kantung sub populasi tertentu turut mengancam populasi badak," katanya.
Baca Juga:
Kecilnya populasi badak itu terjadi, misalnya, di Taman Nasional Gunung Leuser. Dari empat kantung sub populasi yang ada di sana, tiga diantaranya merupakan kantung kecil yang tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangbiakan. Ketiganya adalah Kappi, Samarkilang, dan Betung.
Dengan tidak adanya tanda berkembang biak, populasi badak di ketiga kantung tersebut terancam punah dengan sendirinya. “Sebanyak 35 persen wilayah timur Leuser dihuni oleh badak, tapi tidak ada anakan. Bisa jadi tidak ada pejantan atau betina,” ujar Ketua Dewan Pembina Forum Konservasi Leuser, Rudi Putra, dalam webinar.
Menurut Rudi, hanya ada satu cara untuk menyelamatkan badak-badak yang terisolir tersebut, yakni evakuasi. Badak di taman nasional itu dipindahkan ke pusat pembiakan sehingga bisa melakukan reproduksi.
Salah satu lokasi pembukaan lahan baru terlihat di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kecamatan Putri Beutong, Gayo Lues, Aceh, Kamis, 29 November 2018. Diperkirakan ada sekitar 89 spesies langka dan dilindungi berada di Taman Nasional Gunung Leuser, di antaranya: Orangutan dan Badak Sumatera. ANTARA/Syifa Yulinnas
Direktur Yayasan Badak Indonesia, Widodo Ramono, juga mengatakan badak yang hidup sendiri dan berpencar rentan terhadap kepunahan. Widodo mendesak badak-badak dengan populasi kurang dari 15 ekor segera diselamatkan.
“Badak yang terisolir lama di hutan berpotensi mengalami masalah reproduksi, khususnya badak betina, karena itu harus segera diselamatkan,” ujarnya.
Wiratno menerangkan, pemerintah sebenarnya telah menyusun Rencana Aksi Darurat Badak Sumatera 2018-2021 yang menyangkut lima kawasan, yaitu Leuser Timur, Leuser Barat, Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, dan Kalimantan Timur. Setiap kawasan memiliki rencananya masing-masing sesuai dengan situasi yang dihadapinya, termasuk relokasi badak-badak yang terisolir.
Baca juga:
Asteroid Seukuran Bus akan Memasuki Orbit Bumi Hari Ini
Dalam RAD tersebut, pemerintah juga melibatkan universitas lokal, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan lembaga donor. “Rencana aksi ini merupakan pekerjaan yang sangat besar. Kami dukung sepenuhnya termasuk pendanaan dan SDM sehingga rencana ini menjadi upaya bersama,” kata Wiratno menegaskan.
MUHAMMAD AMINULLAH | ZW