TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menanggapi teknologi tes Covid-19 melalui napas bernama GeNose. Teknologi ini dikembangkan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan diserahkan ke pemerintah.
Menurut Bambang, alat yang dibekali dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) itu membuktikan bahwa peneliti Indonesia memiliki kemampuan dengan pendekatan industri 4.0. Itu, kata dia, membuat tingkat akurasi bisa semakin tinggi jika didukung data yang besar.
“Saya yakin alat ini bisa bekerja semakin baik, dengan masuknya data yang semakin banyak dan lengkap. Karena big data ini menjadi kunci bagi GeNose,” ujar Bambang dalam ‘Serah Terima Alat GeNose dari UGM dan Konsorsium kepada Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional’ yang digelar daring Kamis, 24 September 2020.
Cara kerja GeNose adalah mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas pasien. Napas pasien diambil diindera melalui sensor-sensor, kemudian diolah datanya dengan bantuan AI untuk deteksi dan pengambilan keputusan.
Bambang menerangkan bahwa alat senilai Rp 40 juta tersebut bisa menjadi solusi dari masalah yang ada pada alat deteksi rapid test dan PCR, yaitu tingkat akurasi serta waktu dan biaya yang mahal. “Mudah-mudahan ini menjadi alat screening yang baik,” katanya.
Baca juga:
Songsong Hari Sumpah Pemuda, Aplikasi Palapa Hadir Menantang WhatsApp
Untuk saat ini, GeNose sudah diuji klinis tahap pertama. Pada uji klinis tahap kedua, Kemenristek berjanji akan memberikan dukungan penuh, karena membutuhkan dana yang tidak sedikit.