TEMPO.CO, Yogyakarta - Pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta hingga saat ini dipastikan masih stabil. Hal itu meski aktivitas gempa dari gunung itu masih relatif sama dengan sepekan lalu, yakni cukup tinggi.
Berdasarkan analisis foto udara dengan drone pada 26 Juli 2020, volume kubah lava Gunung Merapi sebesar 200 ribu meter kubik. Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara Gunung Merapi tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menuturkan semua itu dalam keterangan tertulis, Jumat 25 September 2020. Disebutkannya bahwa berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi.
Itu sebabnya masih ditetapkan status waspada atau level II. "Potensi bahaya saat ini berupa awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif," kata dia.
Mengingat masih waspada, BPPTKG tidak merekomendasikan kegiatan pendakian, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana. BPPTKG juga mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sebelumnya, dalam sepekan ini tercatat Gunung Merapi mengalami 14 kali gempa embusan (DG), 16 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 122 kali gempa fase banyak (MP), 7 kali gempa low frekuensi (LF), 24 kali gempa guguran (RF), dan 7 kali gempa Tektonik (TT). Intensitas kegempaan pada minggu ini, menurut Hanik, relatif sama dibandingkan minggu lalu.
Baca juga:
Potensi Tsunami 20 Meter atau Lebih? Peneliti: Kurang Survei Laut Kidul
Adapun deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada pekan ini menunjukkan adanya pemendekan jarak tunjam sekitar 2 sentimeter. Hasil pengukuran ini menyumbang kepada kesimpulan aktivitas vulkanik masih tinggi.