TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru melaporkan bahwa protein paku pada virus corona Covid-19 bisa berubah setidaknya menjadi 10 bentuk berbeda untuk menempel dan menginfeksi sel manusia. Sejak awal pandemi lalu, para ilmuwan sudah bisa dengan cepat mengidentifikasi struktur berbentuk seperti paku itu sebagai taget pengembangan vaksin atau obat lain.
Namun, masih banyak ilmuwan yang tidak tahu tentang interaksi antara spike protein itu dan 'doorknob' di bagian luar sel manusia yang disebut protein ACE2 tersebut. Misalnya, mereka tidak yakin langkah perantara apa yang diambil protein untuk memulai proses peleburan, dan kemudian membuka sel, yang akhirnya membuang materi virus ke dalam sel.
Baca Juga:
Peneliti pascadoktoral dari Structural Biology of Disease Processes Laboratory, Francis Crick Institute, Inggris, Donald Benton, mengatakan kalau protein paku virus corona adalah fokus dari begitu banyak penelitian saat ini. "Memahami bagaimana fungsinya sangat penting, karena ini adalah target dari sebagian besar upaya vaksinasi dan banyak pekerjaan diagnostik juga," ujar dia seperti dilaporkan Live Science, Senin, 28 September 2020.
Untuk memahami proses infeksi, Benton dan timnya mencampur protein ACE2 manusia dengan spike protein di laboratorium. Mereka kemudian menggunakan etana cair yang sangat dingin untuk membekukan protein dengan cepat sehingga menjadi tersuspensi dalam bentuk es khusus.
Sampel tersebut kemudian diletakkan di bawah mikroskop cryo-elektron dan memperoleh puluhan ribu gambar resolusi tinggi dari spike protein yang dibekukan pada berbagai tahap pengikatan ke reseptor ACE2. Yang terlihat adalah spike protein mengalami perubahan bentuk.
Setelah spike protein mengikat pertama, strukturnya menjadi lebih terbuka yang memungkinkan lebih banyak pengikatan--analoginya seseorang akan lebih mudah memeluk orang jika membuka lengannya. Spike protein akhirnya mengikat ACE2 di ketiga situs pengikatannya yang mengungkapkan 'inti pusatnya'. Struktur akhir ini memungkinkan virus untuk bergabung dengan membran sel.
Baca juga:
Mutasi Virus Corona Bikin Cepat Menyebar, Pakar: Bukan Lebih Ganas
Benton menjelaskan, hal itu merupakan proses pengikatan reseptor yang sangat rumit dibandingkan dengan kebanyakan spike protein virus lain. Dia membandingkan dengan virus flu biasa dan HIV yang disebutnya memiliki proses aktivasi yang lebih sederhana.