Perluni, sebagai badan otonom di bawah Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT), meminta pemerintah Indonesia peduli atas kondisi tersebut dan lebih memberdayakan para dokter WNI lulusan luar negeri. Menurut Perluni, tidak sedikit dokter WNI yang juga berprestasi di luar negeri dan ingin berbakti terhadap bangsa dan negara.
"Mereka ingin kembali ke Indonesia untuk mengabdi, tetapi terkendala berbagai proses adaptasi dan birokrasi di Indonesia yang memakan waktu sangat lama," ujar Adi, yang sedang menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning.
Para mahasiswa Indonesia yang mengambil jurusan kedokteran di Cina, dia menerangkan, rata-rata membutuhkan waktu enam hingga delapan tahun untuk menyelesaikan jenjang pendidikan strata 1. Setelah lulus, mereka harus menempuh pendidikan lagi di perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki jurusan kedokteran dalam jangka satu hingga dua tahun.
Menurut Adi, kebanyakan para mahasiswa kedokteran Indonesia di Cina mengambil jurusan kedokteran modern. Hanya sedikit yang mengambil jurusan kedokteran tradisional Cina (TCM) karena khawatir kesulitan mendapatkan izin praktik dan legalisasi di Indonesia.
Padahal, dia menambahkan, banyak mahasiswa asing lainnya di Cina lebih menyukai TCM, yang dapat dikembangkan sebagai sarana medis alternatif pada masa-masa mendatang. "Bahkan dalam pemberantasan Covid-19, pemerintah China memberikan tempat kepada staf TCM di garda terdepan."
Baca juga:
3 Mahasiswa Universitas Brawijaya Ubah Limbah Aluminium jadi Energi listrik
Sebelumnya, Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah perlu melakukan promosi wisata medis secara masif, termasuk mendatangkan dokter spesialis asing. Wacana itu muncul atas situasi terkini mengenai berkurangnya WNI yang berobat ke luar negeri selama masa pandemi sehingga dianggap perlu dimanfaatkan dengan membangun infrastruktur wisata medis.