TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bandung, Danny Hilman Natawidjaja dan Eko Yulianto sependapat bahwa riset tentang tsunami 20 meter di selatan Jawa oleh tim Institut Teknologi Bandung (ITB) bukan hal baru.
“Informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat dari paper yang baru terbit itu tidak ada yang baru,” kata Eko Yulianto saat dihubungi Senin, 28 September 2020.
Menurut peneliti paleotsunami atau tsunami purba itu, periset lain seperti Robert MacCaffrey sudah mengemukakan dalam publikasinya pada 2008. “Bahwa secara hipotetis jalur subduksi selatan Jawa yang memiliki panjang lebih dari 1.800 kilometer memiliki potensi menghasilkan gempa berskala magnitudo 9,6 jika runtuh secara bersamaan,” ujar Eko.
Jalur sepanjang itu terhitung dari Selat Sunda hingga Nusa Tenggara. Sementara periode ulang gempa besar dan tsunami di selatan Jawa itu ditaksir setiap 675 tahun.
Sementara tim ITB dan lintas instansi lewat studi terbarunya sejak 2019 yang dipublikasi 17 September 2020 mengemukakan keberadaan zona sepi gempa (seismic gap). Diketuai pakar gempa Sri Widiyantoro, tim membuat tiga skenario potensi gempa dari zona itu di Laut Kidul.
Dari hitungan kumpulan energi yang laju lempengnya tertahan atau terkunci di zona seismic gap itu selama 400 tahun, maksimal gempanya bisa mencapai skala magnitude 9,1. Lindu sekuat itu berpotensi terjadi jika segmen barat dan timur sepanjang selatan Jawa pecah bersamaan. Adapun gelombang tsunami tertingginya bisa mencapai 20 meter di selatan Banten.
Menurut Danny Hilman, soal seismic gap atau zona megathrust yang sepi gempa di selatan Jawa itu bukan isu baru. Risetnya pada 2013 telah menemukan seismic gap di Mentawai dan selatan Jawa. “Riset terbaru tim ITB update isu lama dengan riset mendalam,” ujarnya di webinar Rabu, 30 September 2020.
Walau sudah diketahui potensi gempa dan tsunami, menurut Danny Hilman, siklus kejadiannya di selatan Jawa belum ada. Berbeda dengan Mentawai yang sudah diketahui siklusnya dari riset geologi bahwa gempa besar dan tsunaminya pernah terjadi 700 tahun silam. “Kalau di Mentawai sudah di akhir siklus, sudah lepaskan gempa di 2007 dan 2010 dan masih ada potensi sekitar magnitude 8,8,” ujar Danny Hilman.`
ANWAR SISWADI