"Kami sudah biasa jika melaksanakan gerakan tanam di ladang memburu tupai untuk dijadikan syarat upacara oleh "Puun" atau tokoh adat," kata Asmin menjelaskan.
Menurut Pulung, teman Asmin, masyarakat Badui Dalam memasuki masa tanam padi huma awal Oktober 2020 dan panen berlangsung enam bulan ke depan, tepatnya April 2021. Benih padi huma yang ditanam petani Badui Dalam adalah benih lokal dan bukan dari bantuan pemerintah.
Penanaman padi huma di kawasan Badui Dalam hingga kini juga hanya menggunakan pupuk organik dari sisa pembakaran rumput ilalang saat membuka ladang. "Produksi pertanian padi huma Badui Dalam itu benar-benar organik dan tidak pakai pupuk kimia," katanya.
Ketua adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Jaro Saija, mengatakan saat ini masyarakat Badui Dalam dan Badui Luar mengandalkan ketahanan pangan keluarga dari hasil pertanian padi huma. Itu, kata dia, cukup untuk menghindari kerawanan pangan karena setiap panen disimpan di lumbung-lumbung pangan atau leuit.
Baca juga:
Kajian Relief Candi Borobudur Ungkap Katalog Flora Fauna Jawa Kuno
Saat ini, ujarnya, ada 405 lumbung dan setiap lumbung dapat menampung gabah 4-5 ton. Karena itu, masyarakat Badui yang berpenduduk 11.620 jiwa, terdiri dari 5.870 laki-laki dan 5.570 perempuan, terpenuhi kebutuhan pangannya.
"Kami terus mengembangkan bercocok tanam padi huma untuk mempertahankan kemandirian pangan. Penanaman padi huma itu dilakukan setiap setahun sekali dengan masa panen selama enam bulan," kata dia.