TEMPO.CO, Berlin - Jerman telah memulai studi antibodi berskala besar dengan melibatkan 34.000 sukarelawan dewasa untuk menyelidiki penyebaran Covid-19, demikian disampaikan Robert Koch Institute (RKI) dan Institut Riset Ekonomi Jerman (DIW) pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Sampel dan data penelitian akan dikumpulkan hingga akhir Desember guna memberikan "hasil penting pertama pada status antibodi untuk seluruh Jerman," menurut sebuah siaran pers gabungan oleh DIW dan RKI, badan federal untuk pengendalian dan pencegahan penyakit.
"Studi tersebut akan semakin melengkapi gambaran kami perihal situasi SARS-CoV-2 di Jerman hingga saat ini," ujar Presiden RKI Lothar Wieler. (Studi) ini akan "mengevaluasi bagaimana situasi sosial dan kondisi kehidupan masyarakat serta risiko infeksi SARS Cov-2 saling berkaitan."
Para sukarelawan akan menjalani tes usap (swab) mulut-hidung dan memberikan sampel sejumlah kecil darah dari jari, menurut pernyataan itu. Kemudian, laboratorium RKI akan menyelidiki apakah ada infeksi akut dan apakah antibodi terhadap Covid-19 dapat dideteksi.
Kasus infeksi baru Covid-19 di Jerman mengalami peningkatan sejak akhir Juli. Dalam 24 jam terakhir, kasus infeksi harian di negara itu naik 2.503 menjadi 291.722 pada Kamis, menurut RKI.
RKI saat ini sedang melakukan penelitian lebih lanjut pada empat kota di Jerman yang terdampak parah oleh Covid-19. Di salah satu bekas pusat penyebaran epidemi (hotspot), 7,7 persen warga menunjukkan antibodi terhadap virus itu, sementara di kota lain, 6,0 persen populasi orang dewasa memiliki antibodi positif.
Akan tetapi, sebagian besar hasil tersebut umumnya tidak dapat dipindahtangankan ke kota lain atau bahkan ke seluruh Jerman. Namun demikian, hasil itu "penting dan informatif" untuk menjawab beberapa "pertanyaan mendesak," misalnya mengenai penyebab proses infeksi yang dinamis, kata Claudia Santos-Hoevener, kepala penelitian tersebut di RKI, saat mempresentasikan hasil terbaru itu.
ANTARA | XINHUA