TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis sebuah studi yang mengatakan obat antivirus Remdesivir tidak memiliki pengaruh yang besar dalam menekan angka kematian akibat Covid-19. Studi tersebut diunggah di laman pracetak ilmu kesehatan Medrxiv, Kamis 15 Oktober 2020.
Dalam penelitiannya internasionalnya, para peneliti menguji empat obat, meliputi remdesivir, hydroxychloroquine, lopinavir, dan interferon selama enam bulan. Keempat obat tersebut diujikan pada lebih dari 11 ribu orang dewasa dari 405 rumah sakit di 30 negara.
“Rejimen remdesivir, hydroxychloroquine, lopinavir dan interferon tampaknya hanya memiliki sedikit efek atau bahkan tidak sama sekali pada kasus Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, seperti kematian secara keseluruhan, ventilasi awal, dan lama perawatan di rumah sakit,” tulis para peneliti di kesimpulan laporannya.
Sementara itu, seperti diberitakan Forbes, laporan WHO tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat. Selain itu, seminggu sebelum WHO merilis laporannya, sebuah laporan penelitian yang diterbitkan New England Journal of Medicine, mengatakan remdesivir mampu mempersingkat waktu pemulihan orang dewasa ketika dirawat akibat infeksi Covid-19.
Dalam penelitiannya, para peneliti menguji kemampuan remdesivir dan plasebo dalam mempersingkat pemulihan pasien Covid-19. Dari 1.062 pasien, 541 orang mendapat remdesivir dan 521 sisanya mendapat plasebo. Pasien yang menerima remdesivir memiliki waktu pemulihan rata-rata 10 hari, sementara pasien dengan plasebo membutuhkan waktu pemulihan hingga 15 hari.
“Data kami menunjukkan bahwa remdesivir lebih unggul daripada plasebo dalam mempersingkat waktu pemulihan pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dan memiliki bukti infeksi saluran pernapasan bagian bawah,” tulis peneliti di laporan studinya.
Menanggapi hasil laporan dua penelitian tentang remdesivir tersebut, Seorang dokter penyakit menular di University of Alberta di Kanada, Ilan Schwartz, mencoba memberi penjelasan. Melansir New York Times, Schwartz mengatakan meskipun tidak berdampak besar pada penurunan angka kematian, remdesivir mungkin masih bisa digunakan untuk perawatan pasien Covid-19 yang belum parah.
Covid-19 yang sudah parah sebagian besar didorong oleh respons kekebalan berlebih beberapa hari setelah virus menginfeksi tubuh. Sebelum hal itu terjadi, antivirus masih mungkin memadatkan virus dan melindungi tubuh orang yang terinfeksi. “Pemberian remdesivir setelah titik itu mungkin tidak ada gunanya,” kata Schwartz.
FORBES | NY TIMES | MEDRXIV MUHAMMAD AMINULLAH | EZ