Lalu, untuk memahami apa yang membuat kumbang-kumbang setan berzirah besi itu begitu keras, ilmuwan material di University of California, Irvine, David Kisailus dan timnya merekam gambar serangga itu menggunakan beragam teknik. Termasuk yang digunakan adalah teknik pemindaian mikro dengan tomografi yang terkomputerisasi menggunakan synchrotron sinar-x, sebuah akselerator partikel yang memproduksi cahaya dari energi sinar-x.
Anggota tim, Jesus Rivera, ilmuwan material di University of California, Riverside, membuat sebuah alat yang bisa merotasi tubuh serangga dalam sebuah pemindai sambil menjadikannya objek kompresi dengan berbagai level.
Hasil studi mereka dipublikasikan dalam jurnal Nature 22 Oktober. Di sana ditunjukkan bagaimana selubung sayap kumbang yang saling terkunci dan menyatu ke perut bongkar pasang 3D mampu menahan tekanan.
Tim peneliti terkejut melihat bagian yang saling mengunci dari potongan-potongan bongkar pasang itu mampu menyediakan diri sebagai lapisan-lapisan yang mirip kulit bawang saat menerima tekanan ketimbang menjadi hancur.
"Anda akan berpikir jika mengambil satu potongan dan memisahkannya, mereka akan pecah di wilayah leher," kata Kisailus. Ini, dia menambahkan, memungkinkan selubung sayap mengalami kerusakan tanpa membuat hancur integritas struktural keseluruhan.
Tim itu lalu mencontek struktur lapisan yang sama dan mencetaknya secara 3D. Mereka menemukan bukti kalau struktur ala selubung sayap kumbang setan itu dua kali lebih kuat daripada engsel yang biasa didesaian para insinyur.
Baca juga:
Tengkorak Aneh Temuan di Malang Ternyata Kepala Macan Tutul Jawa
"Desain dari kumbang ini bisa memberi inspirasi saat menyambung material dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh material berbasis logam dan karbon yang digunakan di teknik penerbangan," kata Kisailus.
NATURE