Selain di AS, uji klinis fase final AstraZeneca tersebar di Inggris Raya, Brasil, Afrika Selatan, dan Jepang. Tiga yang pertama sudah memulai kembali tak lama setelah penghentian sementara pada 6 September lalu. Sedang Jepang menyusul membeir lampu hijau pada awal bulan ini. Vaksin AstraZeneca dikembangkan bersama tim peneliti dari University of Oxford.
Pada kasus AstraZeneca, seorang relawan perempuan berusia 37 tahun mengeluhkan, di antaranya, sulit berjalan serta lemas dan sakit pada lengan sehari setelah menerima suntikan dosis yang kedua pada 5 September lalu. Kasus kedua dilaporkan terjadi di Brasil pada pekan ini bahwa seorang relawan meninggal.
Dalam penjelasannya terhadap kasus yang pertama, baik AstraZeneca maupun Oxford, mengatakan sakit itu bukan karena efek vaksin. Sedang terhadap kasus di Brasil disebutkan kalau relawan itu termasuk dalam kelompok penerima plasebo--bukan vaksin--dalam uji klinis.
Pada kasus relawan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, uji klinis diputuskan dihentikan untuk dikaji lagi setelah ada seorang relawan menderita sakit yang belum terjelaskan. Saat uji klinis fase final melibatkan 60 ribu pasien di delapan negara baru saja bergulir 23 September.
Baca juga:
WHO Perkirakan Ada Vaksin Covid-19 Akhir Tahun Ini
Dalam penjelasannya kemudian, Johnson & Johnson menyatak tak ditemukan sebab akibat yang jelas antara uji klinis dan sakit itu. "Ada banyak kemungkinan faktor penyebab dan berdasarkan informasi yang kami kumpulkan juga input dari pakar yang independen tidak didapati bukti kandidat vaksin penyebabnya," bunyi pernyataan raksasa perusahaan kesehatan di AS itu.
REUTERS | CNN