TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti Inggris mengembangkan tes napas non-invasif yang dapat mengidentifikasi orang dengan Covid-19 dalam satu menit, mirip alat bernama GeNose yang dikembangkan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Loughborough University itu menggunakan napas untuk membedakan kasus Covid-19 dengan cepat dari kondisi infeksi pernapasan lain seperti asma dan influenza.
Alat ini dikembangkan sebagai bagian dari proyek yang disebut TOXI-Triage, yang diluncurkan empat tahun lalu bersama sebuah pabrikan produk kesehatan. Proyek sebenarnya bertujuan menentukan cara paling efektif dalam memberikan penilaian medis dan racun pada korban peristiwa kimia, biologi, radioaktif atau nuklir.
Baca juga:
FDA Amerika Rapat 9 Jam Bahas Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19
Untuk identifikasi infeksi Covid-19, alat itu tergolong tidak invasif dibandingkan dengan dua tes Covid-19 lainnya--deteksi antigen dan PCR. Alat juga dapat mengidentifikasi berbagai senyawa kimia atau 'biomarker' yang lebih banyak di napas orang dengan Covid-19.
"Metode kami dapat meningkatkan pengalaman mengikuti tes virus corona dan berperan dalam memulai kembali perekonomian," ujar penulis studi Paul Thomas, dari Departemen Kimia Loughborough University, Inggris, seperti dikutip Daily Mail, Selasa 27 Oktober 2020.
Tim yang terlibat dalam proyek peneliti Inggris ini menggunakan kembali beberapa teknologi yang ada untuk merancang tes napas Covid-19. Tujuannya, mengidentifikasi biomarker yang ada dalam napas seseorang yang terkena Covid-19 dan membedakan tanda tersebut dari infeksi saluran pernapasan lainnya.
Untuk uji coba teknologi, para peneliti merekrut 98 pasien di dua lokasi--Edinburgh dan Dortmund, Jerman--yang 31 di antaranya terinfeksi virus corona Covid-19. Pasien lainnya tercatat menderita asma, penyakit paru obstruktif kronik, pneumonia dan sakit jantung.
Dari sampel napas dalam uji coba, tim mengidentifikasi peningkatan signifikan dalam senyawa aldehida dalam napas pasien Covid-19, termasuk etanal dan oktanal, serta keton (aseton dan butanon). Sementara itu, konsentrasi metanol yang diembuskan lebih rendah pada pasien Covid-19.
"Perbedaan semua penanda kimiawi ini membedakan orang dengan Covid-19 dari kondisi pernapasan lainnya," tertulis dalam makalah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet, EclinicalMedicine.
Dengan menggunakan tes napas, para peneliti membedakan pasien dengan diagnosis Covid-19 dari diagnosis non-Covid-19 dengan akurasi 80 persen dan 81,5 persen, masing-masing, di Edinburgh dan Dortmund. Thomas mengakui membutuhlan lebih banyak data lagi untuk mengembangkan alat tes dan akurasinya itu, namun dia berharap pendekatan mereka dapat memungkinkan diagnosis cepat Covid-19 di musim flu endemik mendatang.
Mesin GeNose. dok.UGM
"Jika terbukti andal, ini menawarkan kemungkinan untuk identifikasi cepat atau pengecualian Covid-19 di unit gawat darurat, perawatan primer yang akan melindungi staf perawatan kesehatan, meningkatkan manajemen pasien dan mengurangi penyebaran Covid-19," katanya.
Baca juga:
UGM: Alat Tes Covid-19 Lewat Napas Pasien Harga Rp 40 Juta
Sebelumnya pada September lalu, peneliti UGM mengumumkan alat pendeteksi virus corona Covid-19, GeNose yang dibekali dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Alat yang dijuluki sebagai teknologi pengendus Covid-19 ini mendeteksi virus melalui napas pasien, dengan akurasi uji 97 persen.
DAILY MAIL | ECLINICAL MEDICINE