TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkap mutasi virus corona Covid-19 yang diyakini berasal dari Spanyol telah menyebar ke seluruh Eropa. Virus mutan itu kini menyumbang sebagian besar kasus baru yang dilaporkan di beberapa negara di kawasan itu.
Penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat itu merinci bagaimana tim ilmuwan internasional telah memantau mutasi virus yang diidentifikasi sebagai 20A.EU1 itu sejak Juni lalu. Selang sebulan, varian baru itu telah terekam pada frekuensi di atas 40 persen di Spanyol.
Di tempat lain bahkan telah meningkat dari nilai 'sangat rendah' sebelum 15 Juli menjadi 40-70 persen di Swiss, Irlandia, dan Inggris pada September. Pun di Norwegia, Latvia, Belanda, dan Prancis.
Penelitian ini dilakukan tim dari University of Basel, Swiss, serta Biomedicine Institute of Valencia, dan University of Valencia, keduanya berlokasi di Spanyol. "Kami tidak memiliki bukti langsung yang menunjukkan varian baru virus itu menyebar lebih cepat daripada mutasi lain, meskipun frekuensinya meningkat di banyak negara," ujar para peneliti dalam studi itu, seperti dikutup CNBC, Jumat, 30 Oktober 2020.
Para ilmuwan juga mengatakan saat ini tidak ada data untuk menilai tingkat keparahan penyakit akibat infeksi virus spesifik mutatsi itu. Dan meskipun 20A.EU1 dominan di beberapa negara, virus itu disebut belum menyebar ke dunia, selain di Eropa sendiri juga memiliki beragam varian virus corona.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang kembali dari liburan di Spanyol mungkin berperan dalam menyebarkan varian baru virus tersebut ke seluruh Eropa. "Saat ini tidak jelas apakah varian ini menyebar karena kecepatan penularan virus atau apakah insiden tinggi di Spanyol yang diikuti oleh penyebaran melalui wisatawan cukup untuk menjelaskan peningkatan pesat di banyak negara," kata studi tersebut.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Eropa sedang memasuki gelombang kedua pandemi yang akan membuat aktivitas menjadi berbeda. "Menurutku Natal tahun ini akan menjadi Natal yang berbeda," ujar dia, seperti dikutip Fox News, 29 Oktober 2020.
Gelombang kedua kasus virus corona baru di Eropa telah mendorong beberapa negara untuk memberlakukan kembali lockdown atau penguncian wilayah saat musim dingin mendekat. Kanselir Jerman Angela Merkel pada Rabu mengumumkan 'penguncian ringan', dengan bar, restoran, pusat kebugaran, bioskop dan teater tutup mulai pekan depan.
Baca juga:
Eropa Mencekam,Lonjakan Kasus Baru Covid-19 Bisa Seret Angka Kematian
Langkah serupa juga dilakukan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengkonfirmasi penguncian nasional kedua mulai hari ini, Jumat, 30 Oktober 2020 dengan hanya sekolah dan pabrik yang tetap buka--berbeda saat Maret lalu, yang semuanya ditutup. Eropa telah mencatat hampir 10 juta kasus virus corona, menurut WHO, dengan 273.678 kematian terkait.
CNBC | FOX NEWS | FINANCIAL TIMES