Daryono mengatakan, hingga pagi ini terekam sudah terjadi lebih dari 100 aktivitas gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,1 sejak terjadinya gempa utama. Tsunami lokal tercatat di stasiun-stasiun tide gauge seperti stasiun Syros sekitar 8 sentimeter, Kos sekitar 7 cm, Plomari sekitar 5 cm dan Kos Marina sekitar 4 cm. Uniknya pantai terdekat pusat gempa tidak ditemukan catatan tide gauge.
Tsunami kecil terjadi dan melanda daratan akibat kondisi topografi lokal pantai yang landai di dekat garis pantai sehingga mendukung terjadinya genangan di daratan. "Hal ini berkaitan dengan morfodinamika pantai dan amplitudo pasang surut."
Menurut Daryono, wilayah Laut Aegea secara historis juga adalah kawasan rawan gempa dan tsunami. Peristiwa tsunami terakhir adalah tsunami merusak di Bodrum, Turki, akibat gempa berkekuatan 6,6 M pada 2017.
Kerusakan akibat gempa sebagian besar terjadi pada kawasan permukiman yang terletak pada tanah lunak seperti di pesisir pantai dan cekungan dengan dataran alluvial yang lunak.
Baca juga:
Gempa 7,5 M Ternyata Picu Tsunami 61 Sentimeter, Begini Kata Warga Alaska
"Gempa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua yang tinggal di wilayah Indonesia dengan kondisi seismik aktif dan memiliki banyak jalur sesar aktif di dasar laut, sehingga kewaspadaan terhadap gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat upaya mitigasi baik mitigasi struktural dan nonstruktural," kata Daryono.