TEMPO.CO, Moskow - Produsen obat Rusia Pharmasyntez meminta izin kepada Kremlin untuk bisa memproduksi dan memasarkan versi generik obat Covid-19 dari Amerika Serikat, remdesivir. Pharmasyntez, yang berbasis di Siberia, berharap bisa melakukan itu tanpa mengantongi izin dari pemegang hak paten remdesivir, Gilead Sciences.
Permintaan izin itu terungkap setelah surat yang dikirim produsen obat itu ke beberapa kementerian di Kremlin bocor ke media pada Senin, 2 November 2020. Dalam surat itu dipaparkan kalau Pharmasyntez telah mendekati Gilead Sciences, pemilik paten, sejak Juli lalu, berharap mendapatkan izin sukarela produksi dan distribusi obat tersebut di Rusia. Namun, tak kunjung mendapat respons.
Itu sebabnya Pharmasyntez meminta Kremlin menggunakan proses lisensi wajib atas alasan keamanan nasional untuk mereka bisa memproduksi obat generik dari remdesivir--diberi merek Remdeform--tanpa izin Gilead. Keputusan hukum serupa disebut belum pernah diterapkan untuk produk farmasi sebelumnya.
"Banyak nyawa bisa diselamatkan dengan obat ini. Semakin lama obat ini tak bisa diakses, semakin banyak nyawa yang tak tertolong," kata Direktur Pharmasyntez, Vikram Punia, memberi keterangan setelah harian Vedomosti memberitakan suratnya itu, Senin.
Rusia termasuk di antara negara-negara yang melaporkan lonjakan jumlah kasus baru Covid-19 belakangan ini. Sepanjang Minggu, 1 November 2020, misalnya, Rusia mencatat 18.655 kasus positif infeksi virus corona itu yang merupakan rekor tertinggi di negeri itu. Total, sudah ada 1.655.038 kasus infeksi Covid-19 di Rusia per hari itu.
Belum ada pernyataan dari Gilead perihal permintaan dan langkah Pharmasyntez tersebut. Selama ini, perusahaan itu telah membagikan izin sukarela seperti yang dimaksud Pharmasyntez kepada produsen obat di 127 negara miskin atau negara yang dinilai mengalami hambatan signifikan terhadap akses ke fasilitas kesehatan.
Remdesivir sendiri telah ditetapkan sebagai obat darurat Covid-19 di Amerika Serikat per Mei lalu setelah dianggap mampu memangkas waktu perawatan pasien di rumah sakit, menurut uji klinis yang dilakukan di negara itu. Obat ini pula yang termasuk diberikan kepada Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan positif Covid-19 dan kini telah sembuh.
Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat (FDA) per Oktober menyetujui sepenuhnya obat ini untuk digunakan secara luas, meski uji klinis yang disponsori WHO mengumumkan hasil berbeda: remdesivir tak memberi dampak apapun untuk pasien Covid-19.
Baca juga:
Studi WHO Ragukan Kemampuan Remdesivir
Sementara itu, Pharmasyntez diketahui telah menyelesaikan uji klinis Remdeform, pada 300 pasien di 23 rumah sakit di Rusia. Punia mengatakan perusahaannya berniat memasarkan obat itu dengan harga murah, sekitar $540 atau Rp 7,9 juta untuk 6 ampul. Adapun remdesivir dari Gilead yang telah beredar dengan merek Veklury memiliki harga $3.120 atau Rp 45,5 juta berisi ampul untuk lima hari.
REUTERS | UNION LEADER