TEMPO.CO, Kupang - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperingatkan kepada petani di Nusa Tenggara Timur untuk tidak terjebak hujan tipuan. BMKG menegaskan bahwa wilayah NTT belum memasuki musim hujan.
"Tidak boleh terjebak hujan tipuan kemudian menanam karena berisiko gagal tanam," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Apolinaris Geru, Rabu 4 November 2020.
Apolinaris menerangkan, hujan yang mengguyur sejumlah wilayah di NTT akhir-akhir ini dipicu oleh pembelokan angin sehingga terjadi perlambatan pergerakan angin. Ini yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan awan yang menyebabkan terjadinya hujan.
"Selain dikarenakan suhu muka laut di perairan sekitar NTT yang hangat sehingga lebih banyak menyuplai uap air ke atmosfer untuk selanjutnya terbentuk awan dan hujan," katanya.
Apolinaris menyebutnya sebagai hujan tipuan (false rain) di awal masuknya musim hujan tapi secara klimatologis masih belum masuk musim hujan. Menurutnya, petani lahan tadah hujan atau tegalan atau lahan kering di Pulau Timor akan berisiko mengalami gagal panen jika memulai masa tanam sekarang.
"Jangan sampai masyarakat menganggap bahwa saat ini sudah masuk musim penghujan dan bisa mulai menanam," katanya sambil menambahkan, "Jangan dulu tanam karena saat ini belum masuk musim penghujan."
Baca juga:
Begini BMKG Hubungkan La Nina dengan Ramai Badai Siklon Tropis
Secara keseluruhan, dia menyebutkan baru satu dari 24 zona musim (ZOM) di wilayah NTT yang sudah memasuki musim hujan. Selebihnya masih dalam musim pancaroba. Hujan yang terjadi di sejumlah wilayah di NTT selama satu bulan terakhir ini karena masa transisi antara musim panas dan musim hujan tersebut.