TEMPO.CO, Bengkulu - Seorang anggota polisi hutan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Slamet Riyanto (49), meninggal dalam perjalanan mengikuti jejak gajah liar di dalam hutan, Kamis 5 November 2020. Perjalanan itu bermisi survei dan memasang GPS collar atau pemantau gajah di kawasan Taman Wisata Alam Seblat, Bengkulu Utara.
Slamet adalah Kepala Resort Air Hitam KSDA Bengkulu dan bersama timnya sudah masuk kawasan hutan sejak 1 November. Setelah tiga hari di dalam kawasan hutan, pada 4 November, tim mendapat informasi bahwa terjadi konflik gajah liar di Dusun Trans Lapindo Kabupaten Mukomuko. Mereka lalu bergerak menuju lokasi konflik gajah liar tersebut.
Dari hasil pengecekan tim, ditemukan jejak baru gajah liar yang diduga dilaporkan terlibat konflik itu. Tim memutuskan mengikuti jejak tersebut menuju Hutan Produksi Air Rami sekaligus melakukan pembiusan dan rencana pemasangan GPS collar.
“Dalam perjalanan itulah almarhum mengeluh vertigo dan kelelahan padahal sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit dan tidak ada gejala sakit,” kata Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung, Donal Hutasoit, di Bengkulu, Jumat 6 November 2020.
Slamet mengalami muntah dan berbaring lalu anggota tim lainnya memberikan pertolongan pertama. Namun, sekitar tengah hari, Slamet diindikasikan telah meninggal.
Seluruh kegiatan langsung dihentikan dan tim fokus mengevakuasi Slamet ke puskesmas pembantu terdekat di Desa Gajah Makmur. Setelah mendapat kepastian, jenazah dibawa ke Puskesmas Putri Hijau untuk divisum dan dibawa ke rumah duka di Desa Air Muring Kecamatan Putri Hijau untuk dimakamkan Jumat pagi.
Slamet Riyanto lahir di Sleman, Jawa Tengah, pada 25 Oktober 2020. Slamet mulai bergabung sebagai honor polisi hutan pada 1994 lalu menjadi CPNS pada 1997, kemudian diangkat menjadi PNS pada 1998.
Baca juga:
Gajah Liar di Aceh Timur Dilacak via Satelit, Nadia Hutagalung Sumbang GPS
"Pangkat terakhir almarhum Golongan III/B dan atas jasanya yang meninggal saat bertugas almarhum dianugerahi pangkat anumerta dengan golongan III/C," kata Donald Hutasoit.