TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan farmasi Amerika, Pfizer, mengumumkan pada Senin 9 November 2020 bahwa berdasarkan data amatan awal, vaksin Covid-19 yang dikembangkannya memiliki tingkat efektivitas lebih dari 90 persen. Angka itu, jika bertahan hingga analisa akhir, diaku jauh melampaui efikasi yang diharapkan sebelumnya.
Pfizer menyebut analisa interim berdasarkan kajian terhadap 94 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pertama yang muncul dari antara 43 ribuan relawan uji klinis vaksinnya. Analisa itu mendapati kurang dari 10 persen dari jumlah kasus positif itu yang berasal dari relawan penerima suntikan vaksin.
Baca juga:
Amerika Sudah Ijon Vaksin Covid-19 dari Pfizer Senilai Rp 29 Triliun
Selebihnya, lebih dari 90 persen, berasal dari mereka yang menerima plasebo atau cairan biasa sebagai kontrol. Lebih jauh, Pfizer menyatakan bahwa vaksin Covid-19 yang dikembangkannya memberi efek perlindungan tujuh hari setelah pemberian dosis kedua, atau 28 hari setelah yang pertama.
Dalam keterangan yang dibagikannya, Pfizer mengungkap rencananya untuk segera mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Izin akan diajukan setelah masa dua bulan monitoring pasca seluruh relawan menerima suntikan dosis yang kedua.
Periode dua bulan itu mengikuti ketentuan yang ditetapkan FDA. "Kami mengantisipasi tenggat itu pada pekan ketiga November ini," bunyi keterangan tersebut.
Pfizer mengembangkan vaksinnya itu bersama mitranya dari Jerman, BioNTech. Mereka menggulirkan uji klinis fase tiga atau final sejak 27 Juli lalu dengan merekrut 43.538 relawan. Per Minggu 8 November, sebanyak 38.955 relawannya telah menerima dua kali suntikan.
CEO Pfizer, Albert Bourla, menyatakan pengumuman hari ini telah membuat mereka lebih dekat untuk bisa membantu masyarakat dunia menghentikan krisis kesehatan global yang sedang melanda. "Kami masih menunggu data keamanan dan efikasi tambahan dari ribuan relawan vaksin kami dalam beberapa pekan ke depan," katanya.
Pfizer menyatakan menambahkan target kedua dari hasil riset vaksinnya itu. Mereka tidak hanya mengevaluasi apakah vaksin mampu melindungi orang-orang dari gejala parah Covid-19, tapi juga apakah vaksin bisa menyediakan proteksi jangka panjang bahkan pada pasien Covid-19 yang pernah terinfeksi sebelumnya.
Baca juga:
Vaksin Covid-19, Moderna Pertama Laporkan hasil Uji Klinis Fase Akhir November
FDA sendiri mengatakan efikasi sekurang-kurangnya 50 persen sudah cukup untuk setiap kandidat vaksin Covid-19 yang sedang diuji.
CNN | CNBC | WASHINGTON POST