TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan tak ada perubahan perilaku Gunung Merapi yang kini statusnya sudah dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga. BPPTKG menjawab pertanyaan besar apakah erupsi bakal tak terduga yang sulit diantisipasi hingga dampaknya akan sangat besar.
Pertanyaan mengacu kepada indikasi sering terjadi guguran ke arah barat, arah ke Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ini seperti yang dilaporkan, di antaranya, pada Minggu siang lalu di mana guguran terjadi sejauh 3.000 meter
Kepala BPPTKG Hanik Humaida, membeberkan Gunung Merapi memiliki sedikitnya lima tipe erupsi: freatik, sub plinian, vulkanian, Merapi, hingga tipe Merapi plus eksplosif. "Jadi ketika aktivitas Merapi mulai naik, kemungkinan tipe erupsinya ya hanya diantara lima tipe tersebut, tidak ada perubahan perilakunya (di luar tipe itu)," ujar dia, Rabu 11 November 2020.
Menurut Hanik, saat ini belum bisa terbaca seberapa besar kekuatan erupsi Merapi karena kubah lava belum muncul di permukaan kawah. Jangkauan, kecepatan dan arah lontaran material vulkanik (gas, padat, cair) yang bakal dimuntahkan belum bisa diprediksi.
Meski begitu, BPPTKG telah menghitung dan mempersiapkan skenario terburuk kekuatan erupsi Gunung Merapi saat ini. Tujuannya, mengantisipasi jika Merapi bakal erupsi dengan kekuatan tak terduga melalui berbagai gejala yang dimunculkannya dari waktu ke waktu.
Baca juga:
BMKG Bantah Cuaca Yogya Mendadak Panas Saat Merapi Siaga
Salah satu skenario yang disiapkan adalah jika erupsi yang terjadi eksplosif atau tipe kelima. Berdasarkan simulasi, ini bisa terjadi jika volume kubah lava yang terbentuk di permukaan mencapai 10 juta meter kubik dan laju ekstrusi atau keluarnya magma sampai 100 ribu meter kubik per hari.