Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Prediksi Potensi Awan Panas dan Magma Gunung Merapi

image-gnews
Para petugas dan tim SAR membawa jenasah yang ditemukan tewas terkena awan panas di Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Jumat (5/11). TEMPO/Arif Wibowo
Para petugas dan tim SAR membawa jenasah yang ditemukan tewas terkena awan panas di Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Jumat (5/11). TEMPO/Arif Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -  Awan panas menjadi ancaman paling besar dalam setiap siklus erupsi Gunung Merapi. Tak terkecuali untuk prediksi siklus erupsi saat ini. Pyroclastic flow atau dalam bahasa lokal disebut wedhus gembel tak hanya bergerak cepat ketika terjadi erupsi, tapi juga bersuhu sangat tinggi.

“Potensi bahaya yang utama dari Merapi adalah awan panas,” ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida Jumat 13 November 2020.

Baca juga:
Gunung Merapi Siaga, BPPTKG Jelaskan Posisi Magma Saat Ini

Hanik menuturkan, awan panas terbentuk karena adanya kubah lava yang tidak stabil yang ditekan terus melalui desakan dari perut Merapi. Pada satu titik, akibat tekanan itu, kubah lava akan runtuh lalu mendorong awan panas keluar. Namun untuk saat ini, Hanik menambahkan, kubah lava utama yang ditakuti itu belum muncul.

"Sehingga belum bisa diketahui pasti, seperti apa perkiraan kecepatan atau laju awan panas jika Merapi nanti erupsi," kata dia.

Yang ada saat ini, pengamatan BPPTKG, kubah lava bentukan 2018 dan sampai sekarang teramati relatif tak bertambah volumenya atau tetap di angka 200 ribu meter kubik. Volume kubah lava sangat menentukan berapa kecepatan gerakan awan panas yang kelak dihasilkan saat erupsi.

Untuk membaca volume kubah lava itu, bisa diukur dengan melihat kecepatan electronic distance measurement Gunung Merapi setiap harinya. Dari data EDM ini lalu dipakai untuk mengetahui kecepatan pemendekan deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi pada Merapi itu.

Semakin tinggi kecepatan EDM, menandakan semakin besar pula volume yang terbentuk di dalam tubuh Merapi. Misalnya pada 7 November 2020 lalu, BPPTKG mencatat dari data EDM, deformasi Merapi terpantau dengan laju rata-rata 12 cm/ha.

Hanik mengatakan, deformasi Merapi saat ini jauh berbeda dengan erupsi 2010. Pada erupsi 2010, deformasi disebutnya melaju dengan sangat cepat. Misalnya, hari pertama masih 1 cm lalu pada hari kelima langsung naik berkali-kali lipat menjadi 8 cm.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Untuk Merapi sekarang, deformasi tak seperti 2010. Jika minggu ini deformasi hanya 1 cm, beberapa minggu kemudian masih tetap 1 cm,” ujarnya merujuk pengamatan erupsi Juni 2020 lalu.

Sejak awal November ini, deformasi di puncak Gunung Merapi memang bertambah cepat--hingga di antaranya memicu kenaikan status Waspada menjadi Siaga, tapi tidak signifikan. Lajunya mencapai 10 cm dalam waktu berhari-hari. 

Tak hanya lewat pemantauan EDM. Untuk menghitung volume kubah lava yang terbentuk, BPPTKG juga memanfaatkan teknologi Differential Global Positioning System (DGPS).

Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, luluh lantak terkena awan panas Merapi, Rabu, (27/10). TEMPO/Arif Wibowo

Adapun untuk menghitung kecepatan magma yang mengalir dari Merapi, BPPTKG menilai salah satu faktor penentunya adalah tekanan gas yang ditimbulkan. Tekanan gas yang besar akan mempercepat gerak magma ke permukaan.

Baca juga:
Gejala Erupsi Gunung Merapi Bisa Dipantau Lewat Youtube

Hanik mengatakan jika BPPTKG menyebut adanya potensi erupsi dengan sifat eksplosif atau disertai letusan atau ledakan untuk Merapi kali ini, masyarakat diminta tak langsung membayangkan peristiwa erupsi 2010. Alasannya, erupsi Merapi pada 2006, 2018, sampai yang Juni 2020 pun juga memuat sifat eksplosif meski tak sekuat 2010.

Hanik membandingkan jika kekuatan eksplosivitas erupsi Gunung Merapi 2010 berada di level 4, maka eksplosifivas erupsi Merapi 2006 hanya tingkat 2, sedangkan 2018- Juni 2020 hanya tingkat 1.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

3 hari lalu

Gunung Semeru erupsi terpantau dari CCTV pada Sabtu, 23 Maret 2024, pukul 23.00 WIB. (ANTARA/HO-PVMBG)
Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

Badan Geologi masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga dengan penambahan rekomendasi.


Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

5 hari lalu

Atraksi jathilan di Sleman, DI Yogyakarta. Dok. Istimewa
Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.


Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

20 hari lalu

Suasana Pasar Takjil Kaliurang di lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta yang berlangsung 29-31 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.


Begini Penampakan Gunung Semeru Pagi Ini Setelah Erupsi dan Luncurkan Awan Panas Guguran

20 hari lalu

Gunung Semeru tampak jelas Sabtu pagi ini, 30 Maret 2024. Foto: Istimewa
Begini Penampakan Gunung Semeru Pagi Ini Setelah Erupsi dan Luncurkan Awan Panas Guguran

Gunung Semeru menampakkan tubuh utuhnya yang berwarna perak kebiru-biruan pada Sabtu pagi.


Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

21 hari lalu

Kawasan wisata Tebing Breksi di Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.


Gunung Semeru Erupsi Disertai Gempa Awan Panas Guguran Selama 27 Menit

22 hari lalu

Gunung Semeru erupsi pada Sabtu, 9 Maret 2024, pukul 08.28 WIB (ANTARA/HO-PVMBG)
Gunung Semeru Erupsi Disertai Gempa Awan Panas Guguran Selama 27 Menit

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru melaporkan adanya erupsi disertai gempa awan panas guguran selama 27 menit, Kamis sore, 28 Maret 2024,


Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

30 hari lalu

Gunung Merapi di Yogyakarta. Dok. BPPTKG Yogyakarta.
Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.


Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

46 hari lalu

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Rabu, 24 Januari 2024. Data BPPTKG pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di daerah potensi bahaya dan menghimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar serta awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi yang saat ini berada di tingkat aktivitas Siaga (level III). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.


Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

46 hari lalu

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.
Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.


Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

49 hari lalu

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu, 24 Januari 2024. Menurut data BPPTKG telah terjadi Awan panas Guguran durasi 186.28 detik pada tanggal 24 Januari 2024 pukul 15:56 WIB dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter ke arah barat daya (kali Bebeng). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

Destinasi destinasi di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan.