Hasilnya tak disangka-sangka karena ternyata fosil bukan sembarang menunjuk bayi kembar, tapi kembar identik. Para peneliti tidak tahu seberapa umum kelahiran kembar selama Paleolitik Muda (tingkat berfluktuasi menurut wilayah dan waktu). Bandingkan dengan masa kini di mana kelahiran kembar diketahui terjadi setiap 85 kelahiran, dan kembar identik lahir pada sekitar satu dalam 250 kelahiran.
Ketua tim peneliti, Maria Teschler-Nicola, mengungkapkan, untuk menemukan kubur ganda dari periode Paleolitik adalah spesialisasi tersendiri. ”Fakta bahwa jumlah DNA tua yang cukup dan berkualitas tinggi dapat diekstraksi dari sisa-sisa kerangka anak yang rapuh untuk analisis genom itu sendiri sudah melebihi semua harapan kami,” kata ahli biologi di Vienna Museum of Natural History itu.
Analisis genetik dari bayi ketiga mengungkapkan bahwa ia adalah kerabat laki-laki, kemungkinan adalah sepupu. Sementara, untuk menentukan pada usia berapa bayi meninggal, para peneliti mengamati gigi seri kedua setiap bayi. Tim memberikan perhatian khusus pada apa yang disebut garis bayi baru lahir.
“Yang merupakan garis gelap di enamel gigi (lapisan pelindung gigi) yang memisahkan enamel yang terbentuk secara pranatal dari yang terbentuk setelah lahir,” kata Teschler-Nicola.
Temuan ini mengkonfirmasi praktik budaya-sejarah pembukaan kembali kuburan untuk tujuan pemakaman, yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya dalam pemakaman Paleolitik. Tim juga menganalisis unsur kimia, termasuk isotop karbon, nitrogen, dan barium, di enamel gigi, yang mengungkapkan bahwa masing-masing si kembar disusui.
Meskipun sepupu si kembar bertahan selama tiga bulan, analisis bagian giginya menunjukkan bahwa dia mengalami kesulitan makan. Dugaanya, sang ibu menderita infeksi payudara yang menyakitkan atau dikenal sebagai mastitis.
Tidak diketahui secara pasti mengapa bayi-bayi ini meninggal, tapi kematian si
kembar ini dan sepupu mereka kemungkinan besar merupakan peristiwa menyakitkan bagi kelompok pemburu-pengumpul zaman batu. Mereka dikenal hidup dengan mendirikan kemah dan menguburkan bayi mereka di sungai Donau sejak lama.
Baca juga:
Temuan Fosil Dinosaurus Paruh Bebek, Kenapa Penelitinya Terkejut?
"Bayi-bayi itu jelas sangat penting bagi kelompok itu dan sangat dihormati serta dihargai," kata Teschler-Nicola menambahkan. “Penguburan yang luar biasa tampaknya menyiratkan bahwa kematian bayi-bayi itu merupakan kerugian besar bagi masyarakat dan kelangsungan hidup mereka."
LIVE SCIENCE | COMMUNICATIONS BIOLOGY