TEMPO.CO, Jakarta - Satu lagi vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan perusahaan farmasi di Amerika Serikat diklaim efektif berdasarkan hasil sementara data uji klinis fase 3. Kali ini, Senin 16 November 2020, hasil diumumkan Moderna dengan efektivitas vaksinnya yang disebut 94,5 persen.
Moderna langsung mengumumkan itu setelah mendapatkan hasil secara lisan dari Data Safety and Monitoring Board, sebuah panel independen bentukan otoritas kesehatan Amerika Serikat yang menganalisis setiap data uji klinis kandidat vaksin.
Baca Juga:
Baca juga:
Membandingkan Rantai Distribusi Dingin Vaksin Pfizer dan Lainnya
"Ini adalah momen terbesar dalam hidup dan karir saya. Ini benar-benar luar biasa mampu mengembangkan vaksin ini dan melihat kemampuan mencegah gejala penyakit ini dengan efikasi yang begitu tinggi," kata Tal Zacks, ketua tim medis Moderna.
Moderna menyusul Pfizer yang pada pekan lalu mengumumkan yang sama--hasil sementara evaluasi uji klinis final--bahwa vaksinnya lebih dari 90 persen efektif melawan Covid-19.
Dalam uji klinisnya, Moderna memberikan plasebo kepada 15 ribu peserta. Dalam beberapa bulan, 90 di antaranya diketahui terjangkit Covid-19 dengan 11 di antara mengalami gejala yang tergolong parah.
Sebanyak 15 ribu peserta lainnya menerima dosis vaksin yang sedang dikembangkan dan diuji, dan hanya lima di antaranya disebutkan tertular infeksi virus corona Covid-19. Itupun tidak ada satupun dari kelimanya yang parah.
Moderna juga menyebutkan kalau vaksin yang dikembangkannya itu tidak memberi efek samping serius. Sebagian kecil saja peserta uji coba vaksin yang diketahui penerima dosis calon vaksin itu mengalami gejala pusing dan sakit kepala.
Segera setelah lebih banyak data dengan hasil yang sama dikumpulkan, Moderna berniat mengajukan otorisasi untuk penggunaan vaksinnya itu dari FDA pada bulan ini juga. Ini sama, mengikuti jejak Pfizer yang segera mengajukan izin penggunaan darurat.
Moderna dan Pfizer memiliki teknik yang sama dalam mengembangkan kandidat vaksin Covid-19. Keduanya mengaktifkan imun tubuh dengan cara memancingnya menggunakan messenger RNA, atau mRNA, yang membawa informasi protein paku virus corona.
Jika seseorang yang telah divaksin belakangan terpapar virus tersebut, antibodi dalam tubuhnya diharap sudah siap mengenali dan langsung menyerangnya. Teknik itu tergolong baru untuk vaksin dan hingga kini belum ada yang dipasarkan di dunia.
Untuk vaksin barunya ini, Moderna telah mengantongi kontrak dari Pemerintah Amerika Serikat senilai $ 1,5 miliar untuk pengembangan vaksin itu dan mengirim 100 juta dosis hasil plus opsi membeli lebih banyak lagi sebanyak 400 juta dosis.
Baca juga:
Begini Uji Klinis Vaksin Covid-19 Diawasi di Amerika Serikat
Di luar itu Moderna berharap bisa mengapalkan sekitar 20 juta dosis di AS saja per akhir 2020 ini. Tahun depan, harapannya bisa produksi lebih dari 500 juta sampai 1 juta dosis untuk dunia.
CNN | NPR