TEMPO.CO, Jakarta - Moderna Inc menjadi perusahaan farmasi Amerika kedua yang merilis hasil sementara dari sejumlah besar data uji klinis vaksin Covid-19 yang dikembangkannya. Moderna menyebut efektivitas vaksinnya itu sebesar 94,5 persen.
Sama seperti Pfizer pada pekan lalu, Moderna pun langsung berencana memperoleh izin penggunaan darurat atas vaksinnya itu dari otoritas kesehatan di AS, FDA. Harapannya, pada akhir bulan ini mereka sudah menghimpun data lebih besar untuk pengajuan izin itu.
Moderna merilis hasil analisis sementaranya berdasarkan 95 kasus Covid-19 yang telah terkonfirmasi dari antara relawannya. Dari 95 kasus itu, hanya 5 yang sebelumnya menerima suntikan dosis vaksin yang diuji. Sisanya berkembang di antara relawan penerima plasebo.
Baca juga:
Ketua Tin Uji Klinis: Alat Simpan Vaksin Sinovac Standar Puskesmas
Dari 95 itu pula, ada 11 yang memiliki gejala parah dan seluruhnya berasal dari kelompok penerima plasebo.
Sebagai catatan tambahan, mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu terdiri dari 15 orang berusia di atas 65 tahun, dan 20 orang berasal dari komunitas yang beragam: Hispanik (12), kulit hitam (4), Asia-Amerika (3), dan multiras (1).
Moderna, yang go publik pada 2018, telah menerima dana riset dan pengembangan hampir sebesar $ 1 miliar dari pemerintah Amerika Serikat untuk pengembangan vaksin Covid-19. Mereka kemudian menjalin jual-beli vaksin yang dihasilkan sebesar 100 juta dosis senilai $ 1,5 miliar.
Pemerintah Amerika masih memiliki opsi untuk menambah pembelian 400 juta dosis lagi berdasarkan kontrak tersebut. Di luar itu, Moderna juga telah menjalin kesepakatan dengan negara lain.
Berikut ini, lebih detil mengenai vaksin Moderna:
1. TIPE
- Vaksin eksperimentalnya disebut mRNA-1273. Ini berbasis teknologi messenger RNA (mRNA) yang bergantung kepada rangkaian gen sintetik yang bisa dibangkitkan dan dibuat dalam hitungan minggu, dan diproduksi pada skala yang lebih cepat daripada vaksin-vaksin konvensional.
- Vaksin yang dikembangkan Pfizer juga menggunakan teknologi mRNA seperti ini. Perusahaan farmasi lain yang mengembangkannya adalah Curevac dari Jerman dan perusahaan bioteknologi Arcturus Therapeutics Holdings Inc.
- Di antara mereka yang pertama mendapat otorisasi dan lulus syarat efektivitas serta keamanan penggunaannya akan menjadi vaksin pertama berbasis mRNA yang beredar di dunia. Belum pernah ada vaksin berbasis teknologi ini sebelumnya atau belum pernah ada yang disetujui sebagai vaksin atau obat.
2. REGULASI DAN TENGGAT PRODUKSI
- Otoritas kesehatan di Inggris sudah mulai kajian real-time atas vaksin Covid-19 eksperimental berbasis teknologi ini Oktober lalu. Badan Obat-obatan Eropa, Kanada dan Swiss juga sudah mulai melakukan yang sama.
- Moderna berharap bisa memproduksi 20 juta dosis vaksinnya itu per akhir tahun ini, dan antara 500 juta sampai 1 miliar dosis pada 2021.
3. UJI COBA
- Moderna termasuk yang pertama menguji kandidat vaksin Covid-19 pada manusia pada Maret lalu dengan fase akhirnya melibatkan 30 ribu orang per 27 Juli lalu di Amerika Serikat. Seluruh relawannya itu sudah selesai mendapatkan suntikan pada Oktober lalu.
- Moderna memperlambat uji pada September lalu untuk menambah diversitas populasi peserta uji. Akhirnya mereka memiliki 3.000 kulit hitam dan lebih dari 6.000 Hispanik untuk uji coba tersebut.
Baca juga:
Membandingkan Rantai Distribusi Dingin Vaksin Pfizer, Moderna, dan Lainnya
- Kandidat vaksin dites kepada relwan di 89 lokasi klinik riset di Amerika Serikat.
- Uji klinis Moderna adalah juga yang pertama di bawah program pemerintah, Operation Warp Speed, dan didanai Biomedical Advanced Research and Development Authority dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases, bagian dari National Institutes of Health.
REUTERS