TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiagakan satu unit helikopter jenis Dauphin untuk pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Gunung api itu diprediksi telah memasuki siklus erupsinya kembali dan telah berstatus Siaga sejak 5 November lalu.
Kepala BNPB Doni Monardo menyerahkan unit helikopter itu saat melakukan kunjungan kerja ke Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan dan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Kamis 19 November 2020. Menurut Doni, helikopter itu dapat digunakan oleh pemerintah daerah yang mencakup wilayah administrasi Gunung Merapi.
“Kami dari BNPB akan menempatkan helikopter di sini, yang bisa mungkin nanti dimanfaatkan oleh Gubernur DI Yogyakarta dan Gubernur Jawa Tengah untuk memantau perkembangan Gunung Merapi,” ujar Doni.
Helikopter, kata Doni, akan dititipkan kepada jajaran TNI dan disiagakan di Pangkalan Udara Adi Sucipto Yogyakarta. “Nanti akan diatur oleh TNI,” ujarnya menambahkan.
Doni berharap, tim dari Badan Geologi maupun BPPTKG pun nantinya bisa ikut menggunakan helikopter itu untuk menambah akurasi pemantauan Gunung Merapi. Dampaknya, mitigasi potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang lebih baik.
“Mungkin saat gubernur melakukan peninjauan juga bisa diikuti oleh tim Badan Geologi atau para ahli,” ujar Doni.
Menurut Doni, penempatan helikopter BNPB tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa pemerintah pusat hadir dalam rangka mitigasi dan penanganan bencana alam serta memberikan pelayanan untuk masyarakat. Hal itu mengikuti arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan bahwa keselamatan rakyat harus menjadi hukum yang tertinggi.
“Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Sehingga semua rencana-rencana yang berhubungan dengan antisipasi erupsi Gunung Merapi harus kita lakukan sebaik mungkin, agar mengurangi risiko, terutama korban jiwa, termasuk juga kerugian harta benda,” kata Doni.
Menurut informasi dari BPPTKG, aktivitas Gunung Merapi pada tahun ini memiliki kesamaan dengan erupsi 2006. Artinya, aktivitas Gunung Merapi kali ini berpotensi memicu terjadinya guguran lahar panas, meski diperkirakan tidak akan lebih buruk daripada erupsi 2010.
Baca juga:
Gunung Merapi Siaga, Perilaku Satwa Teramati Belum Berubah
BPPTKG juga menjelaskan bahwa Gunung Merapi saat ini memiliki potensi erupsi dengan jenis letusan efusif, yakni lava dari letusannya mengalir terus dari gunung ke tanah, dan berpotensi meletus secara eksplosif, di mana magma yang terfragmentasi dengan keras kemudian dikeluarkan dengan cepat dari kawah gunung.
Atas analisis dan prediksi itu, BPPTKG telah memberikan rekomendasi untuk wilayah radius 5 kilometer dari puncak kawah Merapi agar dikosongkan dari segala jenis aktivitas manusia dan tidak boleh ditinggali oleh penduduk. Hal itu dimaksudkan agar apabila kemudian Gunung Merapi meletus sewaktu-waktu, maka tidak terjadi korban jiwa maupun kerugian harta benda.