Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Batu Meteor Miliaran Rupiah dari Tapanuli, Ini Keterangan Saksi Jual-Beli

Reporter

image-gnews
Pecahan batu meteor yang meledak di langit Michigan, Amerika Serikat, dua pekan lalu. (AP Photo)
Pecahan batu meteor yang meledak di langit Michigan, Amerika Serikat, dua pekan lalu. (AP Photo)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jareed Collins, warga Amerika Serikat yang bermukim di Bali, memberikan keterangannya menanggapi ramai pemberitaan jual beli batu meteor (meteorit atau meteoroid) seberat 1,7 kilogram asal Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Diberitakan, batu itu telah dibeli seharga Rp 200 juta dari pemiliknya dan kini kembali dijual oleh kolektornya dengan harga yang ditawarkan Rp 14,1 juta per gram atau setara total sekitar Rp 25 miliar.

Collins, yang menyebut dirinya sebagai seorang penggemar meteorit---batuan utuh dari pecahan komet ataupun asteroid yang menembus astmosfer Bumi, membenarkan telah berangkat ke Sumatera Utara dan bertemu dengan Joshua Hutagalung, si pemilik batu. Dia yang menjadi perantara antara Joshua dengan pembeli yang disebutnya sebatas kolega di Amerika Serikat.

Baca juga:
Tiga Meteor Menuju Bumi, Satu Diduga Meledak di Atas New York

Collins menuturkan dihubungi dan dimintai bantuan koleganya itu pada 7 Agustus 2020 tapi dia membantah koleganya itu bernama Jay Piatek seperti yang ada di pemberitaan. Pun dengan harga Rp 200 juta yang dibayarkan koleganya itu kepada Joshua. Angka itu disebutkannya sama sekali tidak benar dan tidak tepat--sekalipun Joshua di ramai pemberitaan telah menyebut angka itu. 

Apalagi kalau dikatakan harga batu meteor itu sudah mencapai Rp 25 miliar saat dibeli dari Joshua. "Terlalu dibesar-besarkan. Saat ini tidak ada meteorit dengan nilai seperti itu, dan tentunya tidak ada kolektor yang akan membayar harga tersebut," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo.co, Kamis malam 19 November 2020.

Menurutnya, nilai transaksi telah disetujui oleh Joshua dan koleganya tersebut melalui komunikasi langsung yang sebelumnya telah dilakukan tanpa melibatkan dirinya. Dia memastikan, proses negosiasi adil dan diterima dengan baik kedua belah pihak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Adapun keaslian, nilai sebenarnya adalah kerahasiaan kedua belah pihak, baik Joshua Hutagalung maupun warga Amerika yang tinggal di luar negeri, yang mengambil alih meteor tersebut, berdasarkan kesepakatan bersama," katanya lagi.

Collins menerangkan perannya memeriksa keaslian batu meteor temuan Joshua, melindungi meteorit tersebut dari kemungkinan kerusakan dan kontaminasi yang mungkin terjadi akibat penanganan yang tidak tepat, hingga memastikannya aman sampai di Amerika.

Untuk peran dan bantuan yang diberikannya itu, Collins mengakui menerima penggantian biaya dan waktu perjalanan yang telah dihabiskannya. Lebih jauh, dia menegaskan tidak memiliki meteorit itu dan juga tidak menjual meteorit tersebut kepada pihak lain yang memiliki meteorit tersebut saat ini.

Baca juga:
6 Meteor Jatuh dengan Dampak Paling Besar di Bumi

Collins mengaku semata-mata membantu dan terlibat di antara Joshua dan koleganya itu karena menggemari batu meteorit. "Kesempatan sekali seumur hidup untuk secara pribadi menyaksikan dan secara fisik memeriksa meteorit yang penting secara ilmiah ini," katanya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Museum Bern Akan Pamerkan Meteorit Berumur 3.500 Tahun, Jadi Mata Panah Pemburu Zaman Perunggu

15 Agustus 2023

Meteorit yang ditemukan di Hoba, Namibia.
Museum Bern Akan Pamerkan Meteorit Berumur 3.500 Tahun, Jadi Mata Panah Pemburu Zaman Perunggu

Museum Sejarah Bern akan memamerkan koleksi unik mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025. Keunikannya, benda ini diduga bukan berasal dari bumi.


Coperni Rilis TasTerbuat dari Meteorit Asli, Berapa Harganya?

26 Maret 2023

Tas Meteorit Coperni (Instagram/@coperni)
Coperni Rilis TasTerbuat dari Meteorit Asli, Berapa Harganya?

Coperni menggambarkan tas ini sebagai objek unik yang secara halus menggabungkan arkeologi, desain, dan seni klasik dan primitif.


Meteorit Tabrak Bulan Terekam Kamera Astronom Jepang di Bumi

13 Maret 2023

Astronom Jepang, Daichi Fujii, menangkap gambar peristiwa meteorit menabrak Bulan yang tampak lewat kilatan cahaya terang di kiri bawah pada 23 Februari 2023. mage credit: Daichi Fujii Hiratsuka City Museum
Meteorit Tabrak Bulan Terekam Kamera Astronom Jepang di Bumi

Dibandingkan dengan di Bumi, di Bulan hanya ada eksosfer yang sangat renggang. Meteorit bisa lebih sering menabraknya.


Militer AS Pastikan Meteorit Antarbintang Menghantam Bumi pada 2014

17 April 2022

Ilustrasi asteroid interstellar pertama, Oumuamua. Kredit: M. Kornmesser/ESO
Militer AS Pastikan Meteorit Antarbintang Menghantam Bumi pada 2014

Pada 2019 peneliti Harvard menulis bahwa meteorit sangat cepat yang merintis jejak melalui atmosfer pada tahun 2014 juga sebagai objek antarbintang.


Studi: Meteorit Mars Mengandung Molekul Organik, tapi Bukan Bukti Kehidupan

14 Januari 2022

Meteorit Allan Hills 84001 berasal dari Mars dan ditemukan di Antartika pada tahun 1984. (JSC/NASA)
Studi: Meteorit Mars Mengandung Molekul Organik, tapi Bukan Bukti Kehidupan

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berdebat tentang bagaimana bahan kimia organik dalam meteorit ALH 84001 terbentuk.


Pria Australia Mengira Temuannya Batu Tak Berharga, Ternyata Meteorit Langka

25 November 2021

Para ahli mengatakan batu itu adalah meteorit langka yang berasal dari kelahiran tata surya kita. (Museum Victoria)
Pria Australia Mengira Temuannya Batu Tak Berharga, Ternyata Meteorit Langka

Batu itu sangat keras, bahkan gergaji khusus batu, bor, penggiling, dan termasuk palu godam, semuanya memantul dari permukaan batu.


Meteor Jatuh di Atas Bantal, Begini Kemungkinan Asteroid Tabrak Bumi

22 Oktober 2021

Sebuah meteorit berusia 4,5 miliar tahun jatuh di rumah seorang wanita di Kanada dan mendarat di atas bantal. Kredit: The Golden Star/Ruth Hamilton
Meteor Jatuh di Atas Bantal, Begini Kemungkinan Asteroid Tabrak Bumi

Meteor menembus atmosfer Bumi dan jatuh di sebuah rumah di Kanada beberapa waktu lalu. Beruntung ukurannya kecil.


Teka-teki Meteorit 4,5 Miliar Tahun yang Menembus Atap Rumah Wanita di Kanada

18 Oktober 2021

Sebuah meteorit berusia 4,5 miliar tahun jatuh di rumah seorang wanita di Kanada dan mendarat di atas bantal. Kredit: The Golden Star/Ruth Hamilton
Teka-teki Meteorit 4,5 Miliar Tahun yang Menembus Atap Rumah Wanita di Kanada

Batu meteorit itu diperkirakan berusia 4,5 miliar tahun, lebih tua dari apa pun yang ada di Bumi.


Meteor Meledak di Atas Norwegia dan Ciptakan Ledakan Sonik

28 Juli 2021

Meteor yang melaju dengan kecepatan 70.000 km per jam, menerangi langit malam seolah-olah siang hari. Kredit: Norwegian Meteor Network
Meteor Meledak di Atas Norwegia dan Ciptakan Ledakan Sonik

Meteor itu membangunkan warga ibu kota negara, Oslo, yang terkaget-kaget mendengar suara ledakan besar.


Cina Punya Planetarium Terbesar di Dunia, Buka 17 Juli

10 Juli 2021

Planetarium di Shanghai, China, yang diklaim terbesar di dunia merupakan hasil rancangan arsitektur China dan Amerika Serikat. (ANTARA/HO-GICExpat)
Cina Punya Planetarium Terbesar di Dunia, Buka 17 Juli

Planetarium itu akan memamerkan banyak benda koleksi bidang astronomi.