TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian tentang Detektor Borax, Formalin dan Pewarna Sintetis (Detective Pen) mengantar dua siswi dari MAN 2 Kudus, Jawa Tengah, juara dua National Young Inventors Award (NYIA) 2020. Ginaris Sekar Arum Pinasti dan Almas Fauziyah, dua siswi itu, mengatakan ide penelitian tersebut muncul saat banyak kabar tentang bahan-bahan kimia berbahaya itu dicampurkan ke dalam makanan jajanan yang dijual di pasaran.
Sekar dan Almas juga mengaku melihat sendiri saat membeli di beberapa tempat, banyak makanan yang warnanya tidak lazim dan sangat mencolok. Kemudian, mereka mencari test kit melalui sejumlah situs e-commerce dan mendapati harga untuk satu zat kimia untuk alat pengecek kandungan bahan kimia itu relatif mahal, yakni sekitar Rp 200 ribu.
Dari sana Sekar dan Almas berinisiatif mencari informasi terkait bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai test kit yang sama. Hasilnya, dibantu guru dan peneliti pembimbing, mereka menemukan bahan alami yang bisa mendeteksi bahan pengawet makanan boraks dan formalin, serta zat pewarna sintetis.
"Zat-zat tersebut lalu kami kemas sedemikian rupa agar mudah dibawa dan penggunaannya mudah,” ujar Sekar melalui pesan WhatsApp, Jumat, 20 November 2020. Remaja kelahiran 22 Desember 2004 itu menuturkan kalau sebenarnya ide penelitian tersebut sudah ada sejak lama tapi baru direalisasikan belakangan. "Dan jadi juara 2 di NYIA 2020 lalu," katanya menambahkan.
Adapun Almas menjelaskan penggunaan pulpen bekas dalam penelitian atau penemuan itu. Mirip senjata rahasia dalam film detektif, pulpen tiga warna itu mereka sebut sebagai Detective Pen. Fungsinya bukan lagi untuk menulis karena tiga tintanya telah diganti, masing-masing, dengan larutan ekstrak ubi, kulit buah naga, dan asam klorida (HCl). "Cara pakainya mudah, sama seperti menggunakan bolpoin pada umumnya," kata remaja kelahiran Jepara, 28 November 2003 ini.
Dia menerangkan, larutan berisi HCL sebagai detektor zat pewarna sintetis mengisi tempat tinta hijau, tombol biru berisi ubi ungu yang merupakan detektor boraks, lalu tombol yang merah berisi ekstrak kulit buah naga kalau ingin deteksi formalin.
Cairan ekstrak ubi ungu akan berubah warna menjadi hijau apabila makanan yang diperiksa ditemukan mengandung boraks. Untuk cairan ekstrak kulit buah naga, akan memudar apabila makanan tersebut mengandung formalin. Sedang warna hijau cairan HCl akan berubah jika cairan itu bereaksi dengan zat pewarna sintetis.
Pasca pengumuman sebagai pemenang penemu muda NYIA 2020 pada Kamis 19 November 2020, baik Almas mampun Sekar berjanji bakal mengembangkan lagi invensi Detective Pen mereka. "Pengemasannya, ketahanannya, kata Almas yang bercita-cita menjadi dosen itu.
Baca juga:
LIPI Umumkan Pemenang LKIR dan Inventor Muda 2020, Ini Daftarnya
Almas mengaku, bersama Sekar, telah mengembangkan ide-ide inovatif lainnya dalam proyek sains di MAN 2 Kudus. Diantaranya adalah mengenai alat-alat sederhana dalam bidang keamanan, keselamatan dan kesehatan, serta alat bantu untuk penyandang disabilitas. Tapi, diakui pula, NYIA 2020 merupakan kompetisi ilmiah pertama yang mereka ikuti.
"Kami tidak ingin menjadi penikmat teknologi saja. Kami siswa siswi MAN 2 Kudus ingin menjadi pelopor inovasi, meski usia kami masih sangat muda di mata para ilmuwan dunia,” ujar Sekar, pemilik cita-cita menjadi seorang dokter itu.