TEMPO.CO, Jakarta - Satu batuk saja di rumah sakit di Adelaide telah memicu alarm potensi bencana infeksi virus corona Covid-19 di Australia Selatan. Negara bagian ini mengantisipasi gelombang kedua dari bencana itu yang disebut telah mulai terjadi, menyebar dalam senyap, di bagian utara benua itu.
Pemimpin Australia Selatan, Steven Marshall, mengatakan otoritas kesehatan di negara bagian itu berhasil mengunci satu klaster Covid-19 asal Parafield, sebuah kawasan luar kota di utara Adelaide. Itu, dia menambahkan, hampir dilakukan tanpa sengaja.
Klaster itu hingga kini terdiri dari 27 kasus positif Covid-19, dan orang pertama yang terkonfirmasi positif dalam klaster Parafield adalah seorang perempuan berusia lanjut (86 tahun). Dia sedang datang memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit setempat saat diketahui membawa infeksi virus corona dalam tubuhnya.
"Dia seperti tidak tampak memiliki gejala (infeksi virus corona)," kata Marshall. "Tapi dokter mendengarnya batuk sekali dan langsung mengatakan, 'Saya akan melakukan tes Covid-19'."
Hasil dari tes itu ternyata menunjukkan perempuan itu positif Covid-19 dan belakangan terkonfirmasi pula kalau seluruh anggota keluarga perempuan itu telah terinfeksi. Yang terbaru atau kasus nomor 27 juga seorang perempuan. Dia diketahui bekerja di sebuah hotel di pusat distrik bisnis Adelaide di mana warga yang baru tiba dari luar negeri biasan menjalani karantina.
Kepala Pejabat Kesehatan Publik Australia Selatan, Nicola Spurrier, mengatakan kalau perempuan itu sebenarnya telah menjalani karantina sejak Senin pekan lalu. Sebanyak dua kali tes yang dijalaninya juga menunjukkan hasil negatif Covid-19, sebelum tes terbaru pada pagi tadi menyatakannya positif.
Spurrier mengatakan, butuh delapan hari virus corona itu berinkubasi dalam tubuh perempuan tersebut. "Karantina delapan hari memang sudah panjang, tapi jelas sekali sangat penting untuk setiap orang untuk menjalaninya secara penuh sampai 14 hari," kata sang profesor.
Menurut Marshall, efisiensi yang sangat tegas dari tim otoritas kesehatannya dalam mencari dan melacak kasus Covid-19 telah berhasil menghindarkan Australia Selatan dari situasi bencana absolut. Dia menyangkal lockdown yang sempat diberlakukan selama enam hari di negara bagian itu adalah bentuk reaksi yang berlebihan.
Marshall merujuk kepada pemodelan yang dibuat Melbourne University yang menunjukkan Australia Selatan pasti sudah menghadapi 100 kasus baru per hari per pertengahan Desember nanti jika lockdown itu tidak dipaksakan. Penguncian wilayah disebutnya telah mampu memutus rantai penularan.
Baca juga:
Tak Lagi Anjurkan Lockdown Covid-19, WHO: Malapetaka Mengerikan
"Jangan lupa, saat ini kita belum lepas dari masalah," katanya sambil memperingatkan kasus positif masih mungkin akan muncul dalam beberapa hari atau pekan ke depan. "Tapi saat ini situasinya boleh dibilang sangat terkendali."
Saat ini, Australia Selatan mencatat ada 38 kasus aktif dari total 556 kasus terkonfirmasi sejak pandemi terjadi di awal tahun ini. Sepanjang Minggu 22 November 2020, ada hampir 8.700 tes Covid-19 yang dilakukan di negara bagian itu. Jumlahnya mencapai 77 ribu jika diakumulasi sepanjang pekan lalu.
9NEWS | ABC