TEMPO.CO, Jakarta - Pesepak bola Diego Maradona meninggal pada Rabu, 25 November 2020. Menurut koran berita Argentina, Clarin, Maradona, yang membawa Argentina meraih Piala Dunia 1986, meninggal karena serangan jantung.
Belajar dari penyakit yang diderita Maradona ini, ternyata ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa cabai memiliki khasiat dalam menyelamatkan jiwa dari serangan jantung.
Studi itu dilakukan oleh Marialaura Bonaccio dari Maastricht University di Belanda, Giovanni de Gaetano dari IRCCS Italia Neuromed dan Licia Iacoviello dari University of Insubria, Italia.
Mereka mengamati pola makan hampir 23.000 orang dewasa yang tinggal di wilayah Molise, Italia Selatan, selama periode delapan tahun. Mereka menemukan bahwa orang yang makan cabai teratur, empat kali atau lebih dalam seminggu, 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal akibat serangan jantung, dan lebih dari 50 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena stroke.
Dikutip EcoWatch, Desember 2019 lalu, efek perlindungan dari cabai melampaui penyakit kardiovaskular. Studi tersebut menemukan bahwa pemakan cabai biasa 23 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena alasan apa pun.
“Kekuatan hubungan antara cabai dan risiko kematian akibat kardiovaskular cukup kuat, tapi juga penurunan risiko terhadap risiko kematian total sebenarnya mengejutkan,” kata para peneliti seperti dilaporkan Newsweek.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology, fokus pada Italia karena cabai adalah bagian umum dari makanan tradisional Mediterania. Makanan di wilayah itu didominasi oleh buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan yang bergantung pada zaitun—minyak yang dijadikan sumber lemak utamanya.
Oleh karena itu, pengamatan yang dilakukan membantu para ilmuwan mempelajari hubungan yang dilaporkan antara capsaicin, kompenen aktif cabai, dan kesehatan yang baik. “Ini juga cara untuk memverifikasi tradisi makanan Italia yang memuji manfaat paprika,” kata Iacoviello.
Iacoviello menjelaskan, seperti yang telah diamati di Cina dan di Amerika Serikat, dia tahu bahwa berbagai tanaman spesies capsicum, meskipun dikonsumsi dengan cara berbeda di seluruh dunia, dapat memberikan tindakan perlindungan terhadap kesehatan manusia.
Menariknya, para peneliti menemukan bahwa partisipan yang makan cabai cenderung tidak meninggal meski mereka tidak mengikuti diet Mediterania lainnya, yang umumnya dianggap sehat. "Seseorang dapat mengikuti diet Mediterania yang sehat, orang lain dapat makan kurang sehat, tapi bagi mereka semua cabai memiliki efek perlindungan," ujar Bonaccio kepada CNN.
Namun, karena merupakan studi observasional, maka penelitian tersebut juga tidak dapat membuktikan bahwa cabai ternyata bertanggung jawab atas penurunan risiko kematian.
Ian Johnson, seorang peneliti nutrisi di Quadram Institute Bioscience di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan, jenis hubungan ini menunjukkan bahwa cabai mungkin hanya penanda untuk beberapa faktor makanan atau gaya hidup lain yang belum diperhitungkan.
“Tetapi, sejujurnya, jenis ketidakpastian ini biasanya muncul dalam penelitian epidemiologi, dan penulis mengakui hal ini,” tutur Johnson.
Sementara Duane Mellor, ahli diet di Fakultas Kedokteran Aston Inggris yang juga tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan ada kemungkinan orang yang makan cabai lebih cenderung menambahkan bumbu dan rempah ke masakan mereka, dan karena itu lebih cenderung makan makanan sehat seperti sayuran umumnya.
ECOWATCH | NEWSWEEK | CNN | JOURNAL OF AMERICAN COLLEGE OF CARDIOLOGY