TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Denmark, Mette Fredriksen, berkunjung ke sebuah keluarga pemilik peternakan cerpelai di Kolding, Denmark bagian tengah, Kamis 26 November 2020. Dia meminta maaf secara pribadi atas cara pemerintahannya menangani cerpelai terinfeksi virus corona Covid-19.
Hingga hari itu, sebanyak 10 juta dari total populasi 17 juta cerpelai yang ada di Denmark telah dimusnahkan. Termasuk yang dibantai adalah cerpelai milik keluarga peternak itu. Mereka kehilangan seluruh hewan ternaknya setelah pemerintah setempat khawatir virus corona mutan dari mamalia yang dipanen bulunya itu melompat ke manusia.
Baca juga:
Stop Penyebaran Virus Corona Mutan, Denmark akan Musnahkan 15 Juta Cerpelai
Belakangan penyelidikan internal menyatakan pemerintah Denmark tak memiliki dasar hukum yang cukup untuk perintah pemusnahan massal cerpelai-cerpelai itu. Di antara gejolak politik yang kemudian muncul, pada pekan lalu, Menteri Pertanian Mogens Jensen mundur dari jabatannya.
Diwawancara di sebuah stasiun televisi di Kolding, Fredriksen tampak beberapa kali mengusap air matanya. Dia mengungkapkan, keputusan pembantaian massal itu telah menyebabkan keluarga peternak yang ditemuinya, terdiri dari ayah dan putranya yang terampil, kehilangan mata pencarian yang telah digeluti sepanjang hidup.
Petugas mendorong puluhan cerpelai yang dimusnahkan di pertanian Henrik Nordgaard Hansen dan Ann-Mona Kulsoe Larsen dekat Naestved, Denmark, 6 November 2020. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengungkap temuan 12 orang terinfeksi mutasi virus Covid-19. Ritzau Scanpix/Mads Claus Rasmussen via REUTERS.
"Mereka sangat emosional, dan ... maaf," kata Frederiksen. Dia menambahkan telah terjadi kesalahan yang telah terjadi dan itu bukan karena para peternak.
"Ini karena corona," katanya sambil menyatakan masih ada harapan sektor ekspor bulu cerpelai Denmark--yang selama ini dikenal terbesar di dunia, dan mempekerjakan 6 ribu orang--akan bisa pulih kembali.
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen berbicara dalam acara Konferensi pers terkait Virus Corona di Copenhagen, Denmark, 6 April 2020. Ritzau Scanpix/Martin Sylvest via REUTERS
Di antara suasana emosional itu, lubang penguburan beberapa ratus bangkai cerpelai korban pembunuhan massal di kamar gas terbuka kembali di Holstebro, wilayah Midtjylland. Dilakukan di tanah berpasir, penguburan ternyata dilakukan hanya pada kedalaman satu meter, tak mengikuti standar dari Kementerian Lingkungan setempat yang menetapkan minimal kedalaman 1,5 meter.
Mereka akhirnya dikubur ulang. Area latihan militer Holstebro itu sendiri sudah menjadi lokasi penguburan ribuan ekor cerpelai dengan cara ditanam dalam parit sedalam 2,5 meter dan lebar 3,0 meter dekat sebuah danau.
"Untuk menghindari masalah lain yang mungkin timbul baik bagi hewan maupun manusia, wilayah itu akan dijaga 24 jam sehari sampai nanti rampung dibangun pagar," bunyi pernyataan Kementerian Lingkungan Denmark.
DW