TEMPO.CO, Bandung - Bio Farma bekerja sama dengan PT Telkom mengembangkan infrastruktur digital layanan vaksinasi Covid-19. Salah satunya dengan penggunaan teknologi track and trace berupa 2D barcode pada kemasan vaksin Covid-19 yang dilakukan saat proses pengemasan produk vaksin.
Aplikasi teknologi tersebut untuk memastikan produk vaksin yang digunakan asli, sekaligus mengendalikan stoknya. Selain juga menampilkan informasi detail tanggal kedaluwarsa, nomor batch, dan nomor serial produk ketika barcode dipindai bagi pengguna.
Baca juga:
Uji Vaksin Sinovac Bikin 20 Persen Relawan Demam, Ini Pesan Menristek
“Pemasangan teknologi track and trace, dalam bentuk barcode yang dapat dipindai, dipasang pada kemasan primer (vial), sekunder (dus kemasan) maupun tersier hingga truk pengantar," kata Direktur Digital Health Care Bio Fama, Soleh Udin Al Ayubi,yang akrab dengan sapaan Ayub, dikutip dari rilis, Rabu 2 Desember 2020.
Ayub mengatakan, infrastruktur digital tersebut juga dikembangkan untuk mengawasi vaksin saat proses distribusi. Salah satunya dengan menyematkan Freeze Tag, untuk memastikan suhu vaksin tetap berada antara 2-8 derajat Celsius saat proses pengiriman berlangsung.
Vaksin Covid-19, misalnya, akan didistribusikan ke Dinas Kesehatan provinsi atau distributor penyalur vaksin. Distribusi ini mensyaratkan pemenuhan Good Ditribution Practise (GDP) dengan memperhatikan sistem rantai dingin atau cold chain system. Salah satunya dengan memastikan suhu vaksin tetap berada di antara 2-8 derajat Celcius, agar kualitas vaksin tetap terjaga.
Infrastruktur digital tersebut juga memanfaatkan teknologi Global Positioning System (GPS). Bersama dengan Freeze Tag, keduanya sekaligus digunakan untuk memindai posisi pengantaran vaksin, dan memantau suhu vaksin selama perjalanan berlangsung secara real-time dari command center yang berada di Bio Farma.
Konsumen juga bisa memanfaatkan infrastruktur digital tersebut untuk melakukan pre-order layanan vaksinasi Covid-19 via aplikasi, website, atau datang langsung ke klinik-klinik yang sudah ditentukan melayani program vaksinasi Covid-19 secara mandiri. Layanan pre-order memastikan tidak ada penimbunan vaksin Covid-19 da dengan cara yang sama Bio Farma bisa mengetahui permintaan vaksin sebenarnya di satu wilayah.
“Sebagai contoh, suatu klinik atau tempat pelayanan vaksinasi, akan dikirimkan sesuai dengan permintaan yang terdata dari sistem yang diajukan oleh masyarakat melalui pemesanan pre-order,” kata Ayub.
Infrastruktur digital tersebut sekaligus menjadi solusi digital untuk memudahkan proses pelaporan yang terintegrasi dengan sistem lain. Misalnya, seseorang yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 akan mendapat sertifikat digital yang bisa digunakan saat untuk bepergian menggunakan kereta atau pesawat.
Bio Farma tengah mengembangkan infrastruktur digital tersebut bersama PT Telkom. Keduanya berperan sebagai agregator, dengan mengintegrasikan data yang diperoleh dari berbagai Kementerian dan Lembaga. Diantaranya Dukcapil, Kemenkes, Kominfo, BPJS, serta TNI/Polri untuk mengembangkan sistem perencanaan distribusi vaksin, layanan vaksinasi, validitas calon penerima vaksin, hingga monitoringnya.
Baca juga:
Vaksin Moderna Klaim Efektif 100 Persen untuk Kasus Covid-19 Berat
Sistem juga akan terintegrasi dengan Holding BUMN Farmasi lainnya, diantaranya Kimia Farma dan Indofarma yang memiliki rumah sakit, klinik, serta unit pelayanan kesehatan lainnya.