TEMPO.CO, Jakarta - Teleskop radio raksasa di Observatorium Arecibo, Puerto Rico, yang telah berperan besar dalam penemuan astronomis sepanjang lebih dari setengah abad belakangan ini ambruk pada Selasa pagi, 1 Desember 2020, waktu setempat. Teleskop ini dilaporkan sudah mengalami kerusakan sebelumnya dan memang hendak ditutup dan dirobohkan karena konstruksinya dianggap sudah membahayakan.
Ancaman itu terbukti pada Selasa pagi, atau Selasa sore waktu Indonesia, yakni platform receiver seberat 816 ton dari teleskop itu jatuh. Platform menimpa piringan reflektor dari ketinggian lebih dari 137 meter.
Baca juga:
Teleskop di Cile Tangkap Gambar Detil Nebula Kupu-kupu Ini
Pemilik observatorium raksasa itu adalah National Science Foundation Amerika Serikat dan dikelola University of Central Florida. Mereka telah mengumumkan sebelumnya kalau Observatorium Arecibo akan ditutup dan dihancurkan.
Gara-garanya, satu kabel penyangga tambahan platform itu putus pada Agustus lalu, menyebabkan piringan reflektor terkoyak sepanjang 30 meter dan merusak platform receiver yang menggantung di atasnya. Kemudian, satu kabel utama menyusul putus awal November lalu.
Peristiwa terbaru, platform receiver terempas jatuh, mengejutkan banyak ilmuwan yang selama ini bergantung kepada teleskop radio yang hingga beberapa saat sebelumnya masih menjadi yang terbesar di dunia itu. "Suaranya seperti dentuman yang sangat keras," kata Jonathan Friedman, peneliti yang sudah bekerja 26 tahun di obervatorium itu dan hingga kini menetap di dekat sana.
Friedman mengaku lari ke atas bukit dan langsung mendapati kepulan debu menggantung di udara di mana struktur itu pernah berdiri. Bersama debu itu, luruh pula harapan sebagian ilmuwan kalau teleskop itu akan bisa diperbaiki.
Baca juga:
Hanya dari Logam, Asteroid dari Planet Gagal Ini Ditaksir Rp 145 Juta Kuadriliun
Sejumlah ilmuwan dunia pernah mengajukan petisi berharap keputusan NSF menutup Observatorium Arecibo bisa diubah. Saat itu NSF hanya menanggapinya dengan rencana membuka kembali lokasi pusat kunjungan dan memulihkan operasional aset tersisa di observatoirum itu, seperti dua fasilitas LIDAR yang biasa digunakan untuk riset ionosfer dan lapisan atmosfer atas, termasuk menganalisis tutupan awan dan data hujan.
Teleskop di Arecibo dibangun Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada 1960-an. Sepanjang 57 tahun usianya, observatorium itu telah diterjang banyak hurikan, kelembapan tropis dan serangkaian gempa bumi.
Teleskopnya telah digunakan untuk melacak banyak asteroid yang hendak menabrak Bumi dan memastikan apakah planet tertentu bisa dihuni manusia. Observatorium ini juga melayani pelatihan untuk mahasiswa dan menarik sekitar 90 ribu pengunjung setiap tahunnya.
Arecibo Observatory di Puerto Rico. Mariordo (Mario Roberto Durán Ortiz)/Wikipedia
"Saya termasuk yang pernah berknjung saat mahasiswa dan menjadi terinsipirasi," kata Abel Mendez, profesor fisika dan astroibiologi di University of Puerto Rico di Arecibo dan pernah mengunakan teleskop untuk risetnya. Dia menambahkan, "Dunia kehilangan observatorium ini, tapi Puerto Rico lebih kehilangan lagi."
NSF dalam pernyataannya pada hari itu juga mengatakan penyelidikan masih dilakukan terhadap peristiwa tersebut. Yang jelas, disebutkan, piringan reflektor rusak pun dengan fasilitas di sekelilingnya.
Baca juga:
LAPAN akan Teliti Eksoplanet dari Observatorium Kupang
Sedang indikasi awal yang ditemukan adalah bagian teratas dari seluruh tiga menara pendukung kabel penyangga platform itu putus. "Sering alat itu jatuh, rangkaian kabel-kabel penyangganya pun lepas," bunyi pernyataan NSF.
CBC | BBC