TEMPO.CO, Lembata - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) memperingatkan potensi lahar dingin akibat erupsi Gunung Api Ili Lewotolok, atau biasa disebut juga Gunung Ile atau Ile Ape yang berarti gunung api. Potensi dipicu hujan dengan intensitas yang tinggi di puncak gunung itu.
"Potensi lahar dingin bisa saja terjadi karena memang produk dari erupsi 29 November lalu akan terkonsentrasi di lereng Gunung Ili Lewotolok, dan jika hujan terjadi dengan intensitas tinggi bisa menyebabkan banjir lahar dingin di aliran-aliran sungai yang terhubung dari gunung ini," kata Penyelidik Bumi Madya PVBMG Bandung, Ugan Siang, kepada ANTARA saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, di Desa Laranwutun, Kabupaten Lembata, NTT, Kamis 3 Desember 2020.
Ugan mengatakan potensi itu harus diwaspadai oleh masyarakat yang berada tepat di jalur-jalur aliran sungai yang terhubung dengan Gunung Ili Lewotolok. Ia menyebutkan bahwa sungai-sungai yang berhulu di gunung api itu dan harus diwaspadai ancaman banjir lahar adalah Kali Mati, kali di Desa Lamawolo, dan Kali Jontona. Seluruhnya berada di kawasan rawan bencana (KRB).
Masyarakat diminta menjauhi sungai kalau terjadi hujan lebat. "Sebab bisa kena dampak langsung bahaya sekunder dari gunung api," ujar dia.
Sejak erupsi pada 29 November lalu hingga Kamis, Gunung Ile belum mengeluarkan lava pijar, namun material vulkanik seperti batu-batuan kerikil dan debu vulkanik sudah dimuntahkan dari kawahnya.
Gunung Ili Lewotolok mengeluarkan material vulkanik saat erupsi di Kabupaten Lembata, NTT, Ahad, 29 November 2020. Pada pukul 09:45 WITA, gunung ini kembali erupsi dengan ketinggian abu mencapai 4.000 meter di atas permukaan laut, lebih tinggi dari erupsi pertama yang terjadi pada 27 November 2020, yang hanya mencapai 500 meter. ANTARA/Aken Udjan
PVBMG menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok masih terus berlangsung pada Kamis. Saat itu erupsi terjadi dengan kolom abu kolom abu teramati dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi dengan ketinggian 1.623 meter di atas permukaan laut, terekam di seismogram dengan amplitude 5 mm dan berdurasi 25 detik.
Baca juga:
Tim SAR Cari Satu orang Hilang di Jalur Lahar Gunung Semeru
"Erupsi disertai gemuruh lemah dan sinar api kurang lebih 20 meter di atas puncak kawah," kata petugas pos pemantauan Bobyson Lamanepa dalam laporannya.
Aktivitas gunung apinya juga hingga kini masih tergolong cukup tinggi yang terindikasi dari masih terekamnya gempa dan letusan. Masyarakat yang berada di radius 4 kilometer yang masuk zona merah diharap segera menghindar dan masuk ke zona aman, yakni enam kilometer dari puncak gunung.