TEMPO.CO, Lewoleba - Letusan Gunung Ile atau Gunung Ili Lewotolok di Lembata, NTT, saat ini tidak terkait dengan meningkatnya aktivitas gunung api lainnya di Indonesia seperti Gunung Merapi di Yogyakarta dan Semeru di Jawa Timur. Kalau Merapi disebut sedang mendekati siklus erupsinya, Gunung Semeru bahkan telah meletus juga.
"Tapi tak ada kaitannya. Setiap gunung mempunyai dapur magma masing-masing," kata Kepala Sub Divisi Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Devy Kamil Syahbana, kepada ANTARA saat dihubungi dari Lewoleba, Kabupaten Lembata, Jumat 4 Desember 2020.
Baca juga:
PVMBG Peringatkan Potensi Banjir Lahar dari Puncak Gunung Ile
Devy mengatakan bahwa selama ini terus melakukan evaluasi atas aktivitas di Gunung Ile atau biasa juga disebut Ile Ape yang berarti gunung api. Disebutkannya, sejak 27 hingga 29 November aktivitas itu sempat mengalami peningkatan dan sampai saat ini letusan masih terus terjadi.
"Nah ini kami masih terus evaluasi, supaya kalau misalnya ada peningkatan lebih berbahaya kami akan tingkatkan statusnya," katanya sambil menambahkan, "Untuk saat ini statusnya masih Siaga."
Terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan pembuatan jalur evakuasi bagi masyarakat dan hewan ternak mendesak di Gunung Semeru untuk mitigasi ancaman guguran lahar panas. Selain pembangunan kembali jalur aliran lahar panas dan lahar dingin sehingga apabila terjadi guguran lahar tidak berdampak pada permukiman penduduk.
"Kami dari BNPB sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)," kata Doni saat meninjau lokasi terdampak guguran lahar Gunung Semeru di Dusun Curah Koboan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo , Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis.
Baca juga:
Peristiwa di Lembata: Gunung Ile Meletus, Ikan-ikan Berlompatan ke Darat
Gunung Semeru mengeluarkan guguran lahar panas dari aktivitas vulkanik pada Sabtu dinihari dan peristiwa tersebut telah berdampak pada 1.298 warga yang tinggal di lima desa yang tersebar di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang,